Jumat, 15 Januari 2010

PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW


PENGANTAR :
Tidak bermaksud tendensius dan bukan sebagai bahan polemik, tulisan ini saya kemukakan sebagai fakta sejarah buat kita ketahui dan jadi renungan bersama. Ulasan sejarah ini saya edit dari Sejarah Perang Salib yang di muat majalah Hidayatullah edisi 8/XVII/Des 2004. Sebagaimana biasa pada akhir tulisan saya buatkan catatan, selamat membaca !.

ULASAN SEJARAH :
Kisah ini berawal pada Perang Salib III (1187 - 1191). Pada masa itu kekhalifahan islam terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Fathimiyah di Kairo (bermazhab Syi'ah) dan Dinasti Seljuk (bermazhab Sunni). Kondisi ini membuat Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Dinasti Fathimiyah, merasa prihatin. Menurutnya islam harus bersatu untuk melawan Eropa - Kristen yang juga bahu - membahu. Melalui serangkaian lobi, akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil menyatukan kedua kubu dengan damai. Kenyataan lain yang dihadapi pada waktu itu adalah perilaku kaum muslimin yang tampak "loyo" dan tidak punya semangat jihad. Mereka dihinggapi penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Spirit perjuangan yang pernah dimiliki tokoh - tokoh terdahulu tidak lagi membekas dihati.

Shalahuddin lantas menggagas sebuah festival yang diberi nama peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Tujuan peringatan Maulid ini untuk menumbuhkan dan membangkitkan spirit perjuangan. Dalam festival ini dikaji habis - habisan sirah nabawiyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama yang berkaitan dengan nilai - nilai jihad.
Festival ini berlangsung dua bulan berturut - turut dan hasilnya luar biasa. Banyak pemuda muslim yang mendaftar untuk berjihad membebaskan Palestina. Mereka siap mengikuti pendidikan kemiliteran. Shalahuddin berhasil menghimpun pasukan yang terdiri para pemuda dari berbagai negeri islam. Sejarah telah mencatat bahwa pasukan ini berhasil mengalahkan pasukan salib di Hittin (dekat Acre yang kini dikuasai Israel) pada 4 juli 1187. Pasukan kristen bahkan akhirnya terdesak dan terkurung di Baitul Maqdis.

CATATAN :
Terlepas dari pro dan kontra tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, marilah kita petik hikmah dari sejarah Shalahuddin Al-Ayyubi yang menggagas peringatan maulid pada waktu itu. Guna untuk tujuan konsolidasi, merapatkan barisan sesama umat islam dan menangkal serangan musuh maka diadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bagaimana relevansinya dengan keadaan kita sekarang ini ?. Musuh islam tidak hanya terang-terangan menyerang secara fisik, sebagaimana terjadi di Iraq dan Afghanistan, tapi juga menyerang/menyusup dalam bidang kebudayaan, ekonomi dan iptek. Dalam bidang kebudayaan bisa kita saksikan dari budaya pornografi, individualis dsb. Ironisnya hal ini banyak ditiru oleh orang-orang kita yang nota bene orang islam. Pola-pola pikir yang tidak islami dengan gampangnya dipertontonkan dihadapan kita, malah banyak didukung oleh orang-orang islam liberal. Dalam bidang iptek dan ekonomi, kita semua sudah tahu siapa yang mendominasi. Kita sebagai orang islam hanya bisa menjadi konsumennya. Mengingat hal ini semua, alangkah baiknya tiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digunakan sebagai ajang konsolidasi dan merapatkan barisan sesama umat islam. Bukankah kita telah mencanangkan bahwa abad ke 15 H sebagai abad kebangkitan islam ? Mari jadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momen ajang renungan dan evaluasi terhadap niat kita untuk mencapai kejayaan islam kembali. Jadikan momen ini untuk memberi pencerahan bagi kita semua sehingga tidak ada peluang buat aliran sesat atau anggapan bahwa islam adalah agama kekerasan (teror).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar