Rabu, 19 Mei 2010

HENTIKAN AKAL-AKALAN DALAM ISU TERORISME

Hentikan Akal-akalan dalam Isu Terorisme (edisi 74)


Untuk anggota Buletin Ad Dakwah

Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah SWT berfirman:
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. (QS. Huud 112-113).

Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah saw. dan kita semua umat Islam untuk tetap istiqomah di jalan yang benar dan tidak berbuat melampaui batas. Dia memperingatkan bahwa Dia Maha melihat apa saja yang kita kerjakan. Ayat 112 dari surat Huud tersebut perlu diperhatikan oleh orang-orang kuat dan yang berkuasa yang cenderung berbuat zalim kepada pihak yang lemah. Sedangkan ayat 113 adalah larangan untuk berpihak kepada mereka yang berbuat zalim. Dan Allah mengancam umat Islam yang mendukung mereka yang berbuat zalim dengan sentuhan api neraka. Na’udzubillahi mindzalik!

Kaum muslimin rahimakumullah,
Kedua ayat tersebut di atas cukup menjadi alasan bagi kita untuk mengevaluasi kembali keberadaan Densus 88 yang baru-baru ini aksinya luar biasa dalam menangani mereka yang diduga teroris, yakni dengan menangkap dan membunuhi mereka. Sebab, sudah banyak keluhan masyarakat tentang tindakan ala cowboy mereka yang seolah mengulangi “penembakan misterius” alias PETRUS di zaman orde baru dulu. Apalagi, ketika mereka menyebar opini bahwa para teroris itu bertujuan mendirikan negara Islam.

Tentu tidak masuk akal mendirikan negara Islam di Indonesia yang mayoritas umat Islam ini dengan jalan meneror umat Islam itu sendiri. Sebab, negara itu berdiri karena ada penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada penguasa. Rakyat memberikan kerelaan kepada pihak yang dianggap kompeten untuk memerintah. Sehingga lazimnya, kalau seseorang atau suatu kelompok yang punya cita-cita mendirikan negara Islam, yakni negara yang menerapkan sistem pemerintahan Islam menurut sunnah baginda Rasulullah saw., maka kelompok itu harus giat melakukan aktivitas pembinaan kepada rakyat sehingga rakyat dengan keimanan dan ketaqwaannya memiliki kesadaran politik untuk menyerahkan pemerintahan kepada seseorang atau kelompok tersebut. Ini tentu sah-sah saja.

Sebaliknya, tindakan terror justru tidak memberikan pemahaman apapun yang berkorelasi dengan pendirian negara Islam. Sehingga mengkaitkan tindakan terorisme dengan pendirian negara Islam adalah tindakan yang tidak masuk akal dan lebih merupakan sebuah propaganda (black campaign) untuk menyudutkan Islam, negara Islam, dan umat Islam.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Langkah-langkah densus 88 dalam menangani kasus-kasus terorisme selama ini memang selalu mengundang tanda tanya masyarakat. Sebab terjadi berbagai keanehan. Sebut saja drama pengepungan rumah Mohzahri, kakek-kakek lugu anggota Muhammadiyah di Temanggung selama 17 jam oleh 600 polisi. Dalam pengepungan yang disiarkan langsung oleh sebuah TV swasta itu diumumkan adalah untuk melumpuhkan Nurdin M Top. Ternyata tidak ada perlawanan sama sekali dari rumah tua di desa di Temanggung Jawa Tengah itu. Dan yang didapat konon hanya tukang bunga, Ibrahim. Sungguh ini akal-akalan yang sangat menggelikan.

Akal-akalan itu pula yang terjadi pada kasus Air Setiawan. Menurut keterangan keluarganya pada hari Jumat jam 13.30 wib masih di Solo, lalu dikabarkan oleh polisi bahwa dia membawa bom dalam mobil dari Solo ke Jakarta dan sekitar jam 10 malam hari itu kontak senjata dengan polisi di Jatiasih dan didor hingga tewas. Aneh. Pemuda Solo ini pun dikatakan sebagai residivis pelaku Bom Marriot 1. Padahal menurut keluarganya, Air Setiawan pada tahun 2004 ditangkap polisi dikaitkan dengan peledakan Marriot 1. Namun setelah keluarganya mencarinya bersama LBH, Air dilepaskan begitu saja karena tidak ada bukti-bukti keterlibatannya dan tidak pernah diadili apalagi divonis sebagai terpidana.

Demikian pula kesaksian Munawaroh, istri Agus Susilo, guru pesantren Al Kahfi Mojosongo Solo yang dihabisi oleh densus 88 di rumahnya, dekat lokasi pesantren. Menurut penuturan Munawaroh kepada TPM Solo, dia keluar bersama suaminya, begitu masuk rumah ternyata diberondong pasukan densus. Agus tewas. Anehnya, ada dua mayat lagi yang tidak dia ketahui kapan masuknya, yakni mayat Nordin M Top dan Urwah. Demikian juga kematian-kematian lain seperti Dr. Azhari dan Asmar Latin Sani menyimpan tanda-tanya masyarakat.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Tatkala Densus 88 berasyik-masyuk menangkapi para aktivis Jamaah Ansharut Tauhid di kantor mereka di kawasan Pejaten Jakarta, menembaki mereka di jalan tol Cikampek dan di Cawang, juga menangkapi sejumlah orang di Sukoharjo Solo, maka pertanyaan dan gugatan masyarakat atas tindakan densus 88 semakin memuncak. Bahkan Ketua MK Mahfudz MD melihat fenomena kasus terorisme akhir-akhir ini seperti kasus Komando Jihad. Tampak sekali kejengkelan dan amarah umat atas tindakan sewenang-wenang di atas. Juga umat tidak percaya atas berbagai isu terorisme yang dikembangkan polisi. Apalagi, interogasi kepada para tersangka tindak terorisme itu diarahkan kepada apakah mereka pernah berjihad di Afghanistan, Ambon dan Poso. Apalagi ada upaya memutar balikkan fakta bahwa dalam kasus Poso dan Ambon biangkeroknya adalah umat Islam, bukan umat Nasrani. Ada opini yang hendak dikembangkan bahwa jihad di ketiga tempat itu adalah sebuah kejahatan.

Oleh karena itu, banyak sekali pertanyaan disampaikan tentang sikap apa yang harus diambil oleh umat Islam dalam keadaan umat Islam dizalimi dan apa yang harus dilakukan terhadap para penguasa yang munkar?

Kaum muslimin rahimakumullah,
Para anggota densus 88 dan siapapun yang terlibat dalam tindakan penghilangan nyawa orang-orang tak berdosa hendaknya segera bertaubat dan meminta halalnya kepada keluarga korban. Sebab, kalau tidak, mereka akan menjadi orang yang bangkrut (al muflis) di akhirat. Diriwayatkan dalam suatu hadits oleh Muslim dalam Riyadlus Shaalihin bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Sesungguhnya orang yang bangkrut (al muflis) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (membawa pahala yang banyak dari) sholatnya, puasanya, dan zakatnya, namun dia juga mencela ini, menuduh itu, memakan harta ini, dan menumpahkan darah ini, dan memukul ini, maka diberikanlah kebaikan-kebaikannya dan habislah kebaikannya sebelum bisa membayar lunas dosa orang-orang itu (yang dicela, dituduh,dibunuh, dan dipukuli) maka diambillah dosa orang-orang itu dan ditimpakan kepadanya lalu orang itu ditimpakan ke dalam neraka”.

Semoga, siapapun muslim yang punya wewenang dalam mengadakan dan meniadakan Densus 88 menyadari keadaan ini dan segera melakukan tindakan efektif untuk menghentikan akal-akalan dalam penanganan isu terorisme ini.
Baarakallahu lii walakum