Selasa, 26 Oktober 2010

MENYAMBUT BULAN DZULHIJJAH

Bulan Dzulhijjah termasuk bulan yang punya makna penting. Momen dimana kaum Muslimin merayakan Hari Raya kedua, yaitu Idul Adha atau Hari Raya Qurban.

Berikut beberapa amalan yang dianjurkan di dalamnya, terutama pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Keutamaan Dzulhijjah
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma (RA) meriwayatkan, “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu: ’Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.’ Mereka bertanya: ’Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ’Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (Riwayat al-Bukhari)

Menunaikan Ibadah Haji dan Umrah
Amal ini paling utama, berdasarkan berbagai Hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain: Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, “Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan), dan haji mabrur tiada lain balasannya kecuali surga.”(Riwayat Muttafaqun’alaih)

Melaksanakan Puasa Sunnah
Bagi yang tidak sedang menunaikan haji, dianjurkan memperbanyak puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) ketika para jamaah haji sedang wukuf di Padang Arafah.

Dari Abu Qatadah, Nabi SAW bersabda, “Berpuasa pada hari Arafah niscaya dapat melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.” (Riwayat Muslim)

Memperbanyak Tahlil, Takbir, dan Tahmid
Sahabat Abdulllah ibn Umar RA meriwayatkan, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid.” (Riwayat Ahmad)

Imam al-Bukhari menceritakan, para sahabat seperti Abdullah Ibn Umar dan Abu Hurairah RA bertakbir hingga keluar ke pasar-pasar dan tempat keramaian lainnya seraya mengajak orang lain.

Memotong Hewan Qurban
Ibadah ini awalnya berasal dari sunnah Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) ketika beliau diminta menyembelih putranya Nabi Ismail AS. Kini umat Islam hanya diperintahkan memotong hewam qurban sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT. Waktu berqurban dilaksanakan pada hari Idul Adha (10 Dzulhijjah) hingga hari ketiga dari hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjjah).

“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)” (al-Kausar [108]: 2)

Larangan Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi Orang yang Hendak Berkurban
“…Dan janganlah kamu mencukur (rambut) kepalamu sebelum hewan qurban itu sampai di tempat penyembelihan. …” (al-Baqarah [2]: 196)

Dari Ummu Salamah RA, Nabi SAW bersabda, “Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya”. (Riwayat Muslim)

Secara dzahir, larangan ini bagi orang yang berqurban saja, tidak berlaku buat keluarganya, kecuali jika mereka semua ikut berpartisipasi dalam berqurban.

Menunaikan Shalat Idul Adha
Sebaiknya menggelar shalat Idul Adha di lapangan sebagai salah satu syiar dakwah. Namun berbeda dengan Idu Fitri, pada shalat Idul Adha kaum Muslimin disunnahkan menahan diri dari makan dan minum (berpuasa) dulu hingga selesai melaksanakan shalat Id. Dalam khutbah Id, para khatib akan mengingatkan tentang kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan ketakwaan putranya, Nabi Ismail AS.

*Masykur/Suara Hidayatullah NOPEMBER 2008