Minggu, 28 Februari 2010

TAUBAT (Bag. 2)


Dari Abu Sa'id bin Malik bin Sinan Al Khudry ra., Rasulullah SAW bersabda: "Pada zaman dahulu ada seseorang yang telah membunuh 99 orang, kemudian ia mencari-cari orang yang paling 'alim dinegeri itu maka ia ditunjukkan pada seorang pendeta, ia pun lantas datang kepada sang pendeta dan menceritakan bahwasannya ia telah membunuh 99 orang maka apakah masih bisa diterima taubatnya, kemudian sang pendeta itu mengatakan bahwa taubatnya tidak akan bisa diterima. Lantas orang itu membunuh sang pendeta tadi maka genaplah sudah orang yang dibunuhnya sebanyak 100 orang. Ia mencari-cari lagi orang yang paling 'alim dinegeri itu maka ia ditunjukkan pada seseorang yang sangat 'alim, kemudian ia menceritakan bahwa ia telah membunuh seratus orang maka apakah masih diterima taubatnya, orang yang sangat 'alim itu menjawab: "Ya, masih bisa; siapakah yang akan menghalanginya untuk bertaubat ?. Pergilah ke daerah sana karena penduduk daerah sana itu sama menyembah kepada Allah Ta'ala maka sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali lagi ke kampung halamanmu karena perkampunganmu adalah daerah hitam". Maka pergilah orang itu, setelah menempuh jarak kira-kira setengah perjalanan maka matilah ia. Kemudian bertengkarlah malaikat rahmat dan malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata: "Ia telah berangkat untuk benar-benar bertaubat dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh hati kepada Allah Ta'ala". Malaikat siksa berkata: "Sesungguhnya ia belum berbuat kebaikan sedikitpun". Lantas datanglah seorang malaikat dalam bentuk manusia, maka kedua malaikat itu menjadikannya sebagai hakim, maka berkatalah malaikat yang dalam bentuk manusia itu: "Ukurlah olehmu dua daerah itu maka kepada daerah yang lebih dekat itulah ketentuan nasibnya". Mereka mengukurnya kemudian mereka mendapatkan daerah yang dituju itulah yang lebih dekat, maka orang itu dicabut nyawanya oleh malaikat rahmat". (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada riwayat lain didalam kitab Ash Shahih dikatakan: "Ia lebih dekat sejengkal untuk menuju daerah yang baik itu maka ia dimasukan dalam kelompok mereka".
Pada riwayat lain juga didalam kitab Ash Shahih dikatakan: "Kemudian Allah Ta'ala memerintahkan kepada daerah hitam itu supaya menjauh dan memerintahkan kepada daerah yang baik itu supaya mendekat dan menyuruh supaya para malaikat itu mengukurnya kemudian mereka mendapatkan daerah yang baik itu sejengkal lebih dekat maka diampunilah dia".
Pada riwayat yang lain disebutkan: "Allah menyenderungkan hatinya untuk menuju ke daerah yang baik itu".


TAUBAT (Bag. 1)


Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshary, Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh Allah itu lebih gembira untuk menerima taubat hamba-Nya, melebihi dari kegembiraan seseorang diantara kamu sekalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang ditengah-tengah padang Sahara" (HR. Bukhari dan Muslim).

Didalam riwayat Muslim dikatakan: "Sungguh Allah lebih gembira untuk menerima taubat hamba-Nya dikala hamba itu bertaubat kepada-Nya, melebihi dari kegembiraan seseorang diantara kamu sekalian yang berkendaraan ditengah-tengah padang pasir kemudian hewan yang dikendarainnya itu lari meninggalkannya padahal diatas hewan itu terdapat makanan dan minuman orang itu, kemudian ia berputus asa untuk menemukannya kembali; ia lantas berteduh dibawah pohon dengan membaringkan badannya sedangkan ia telah benar-benar putus asa untuk menemukan kembali hewan yang dikendarainnya itu, kemudian ketika ia bangkit tiba-tiba ia menemukan kembali hewan yang dikendarainnya itu lengkap dengan bekal yang dibawanya kemudian ia segera memegang tali kekangnya seraya berkata karena saking gembiranya: " Wahai Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu". Ia keliru mengucapkan kalimat itu karena saking gembiranya".

CATATAN :
Para ulama mengatakan bahwa taubat dari perbuatan dosa adalah wajib. Apabila perbuatan dosa itu tidak menyangkut dengan sesama manusia, maksudnya hanya dosa antara seseorang dengan Allah ta'ala, maka harus memenuhi tiga syarat yaitu :
1. Menghentikan perbuatan dosa itu.
2. Menyesal atas perbuatannya itu.
3. Berketetapan hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu selama-lamanya.
Apabila tidak memenuhi tiga persyaratan itu maka tidak akan diterima taubatnya. Apabila perbuatan dosa itu menyangkut dengan sesama manusia maka harus memenuhi empat syarat, yaitu tiga syarat seperti yang tersebut diatas ditambah dengan satu syarat yaitu harus menyelesaikan urusannya itu kepada yang bersangkutan. Jika itu ada kaitannya dengan harta atau yang serupa maka ia harus mengembalikannya. Jika ada kaitannya dengan sumpah, tuduhan atau yang serupa maka ia harus minta maaf. Jika ada kaitannya dengan umpat-mengumpat maka ia harus minta dihalalkannya. Seseorang yang berbuat dosa harus segera bertaubat, bila ia bertaubat hanya dengan sebagian dosa saja maka yang diampuni juga hanya sebagian dari dosanya saja dan dosa yang lain masih tetap tidak diampuni.

Dikutip dari buku terjemah RIRADLUS SHALIHIN jilid 1.


Rabu, 24 Februari 2010

SHALAWAT KEPADA RASULULLAH SAW (Bag. 3)


Allah SWT berfirman, artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (QS. 33: Al-Ahzaab: 56).

Rasulullah SAW bersabda: "Bershalawatlah kamu untukku, karena shalawatmu adalah penyuci bagi kamu, dan mohonkanlah al-Wasilah kepada Allah. Ia (al-Wasilah) adalah suatu tingkat di surga yang tertinggi yang hanya akan dikaruniakan kepada seseorang, dan aku berharap orang itu adalah aku" (HR. Ahmad).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Tersumbat hidung seseorang apabila tidak membaca shalawat bagiku ketika namaku disebutkan dihadapannya" (HR. At-Turmudzy dan Al-Hakim).

GANJARAN BAGI YANG BERSHALAWAT KEPADA RASULULLAH SA

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan shalawat untukku, maka para malaikat akan bershalawat untuknya selama ia bershalawat untukku. Maka terserah kepadanya mempersedikit atau memperbanyak shalawat untukku" (HR. Ahmad).

Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang terdekat kepadaku di hari kiamat, ialah orang yang terbanyak bershalawat kepadaku" (HR. At-Turmudzy).

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali" (HR. Muslim).

CATATAN

Dalam surat Al-Ahzab: 56 jelas menerangkan kemuliaan dan ketinggian derajat Nabi Muhammad SAW, dimana Allah SWT dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Rasulullah SAW. Allah SWT juga memerintahkan kaum mukminin untuk bershalawat dan memberi salam kepada Rasulullah SAW. Hakekat shalawat dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW tidaklah dapat diketahui oleh manusia, tetapi manifestasi shalawat Allah SWT terhadap Rasul-Nya adalah berupa limpahan rahmat dan keridhoan. Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Abul 'Aliyah berkata: "Shalawat Allah adalah berupa pujian untuk nabi dihadapan para malaikat, adapun shalawat para malaikat adalah do'a untuk beliau". Dalam Al-Qur'an, seperti QS: 33 Al-Ahzab: 43 dan QS: 2 Al-Baqarah: 156-157, dijelaskan bahwa selain kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT dan para malaikat-Nya juga bershalawat untuk orang-orang beriman. Pengertian shalawat disini ialah Allah SWT menurunkan Rahmat-Nya kepada orang-orang beriman, sedangkan shalawat para malaikat agar Allah Ta'ala memberikan ampunan kepada orang-orang beriman.

Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk dibaca atau diucapkan pada waktu shalat dan waktu-waktu diluar shalat. Imam Syafi'i mengatakan dalam kitab beliau, al-Umm, "Lafal tasyahud itu bermacam-macam, pada tasyahud pertama dan kedua adalah sama, yaitu dimulai dengan membaca do'a tasyahud kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat untuk Nabi SAW...".

Selain dibaca pada waktu shalat, bacaan-bacaan shalawat itu dianjurkan pula untuk dibaca di majelis-majelis ilmu, ketika khotbah, atau disaat seorang hamba berdo'a kepada Allah SWT. Dianjurkan dibaca diawal dan akhir do'a. Apabila seseorang menyebut nama Muhammad SAW, maka dianjurkan untuk mengiringinya dengan membaca: Shallallahu 'Alaihi was Sallam (Semoga shalawat dan salam dilipahkan kepadanya). Bila seseorang mendengar orang lain menyebut nama Rasulullah SAW, maka dianjurkan pula baginya untuk membaca shalawat, misalnya dengan ucapan: Allahumma shalli wa sallim 'alaihi (Ya allah, berilah shalawat dan salam kepadanya).

Pustaka: Shaleh, Qomaruddin KH dkk: Ayat-ayat LARANGAN DAN PERINTAH dalam Al'quran, Pedoman Menuju Akhlak Muslim, CV. Diponegoro, Semarang: hal. 837 - 841.


Selasa, 23 Februari 2010

MEMBACA SHALAWAT UNTUK RASULULLAH SAW (Bag. 2)


Dari Abu Muhammad Ka'b bin 'Ujzah ra. berkata: "Nabi SAW datang kepada kami, kemudian kami bertanya: "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui tentang bagaimana cara kami mengucapkan salam untuk tuan; tetapi bagaimana cara kami membacakan shalawat untu tuan ?". Beliau menjawab: "Ucapkanlah: allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa'alaa aali Muhammad kamaa shallaita 'alaa aali Ibrahiim innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik 'alaa Muhammad wa'alaa aali Muhammad kamaa baarakta 'alaa aali Ibrahiim innaka hamiidum majiid" (Wahai Allah limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada keluarga Ibrahin; sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji dan Maha Agung. Wahai Allah limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim; sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji dan Maha Agung" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Mas'ud Al Badry ra. berkata: "Rasulullah SAW datang kepada kami sedangkan kami sedang berada di majlis Sa'd bin 'Ubadah ra., kemudian Basyir bin Sa'd bertanya kepada beliau: "Allah telah menyuruh kami untuk membacakan shalawat untu tuan wahai Rasulullah, lantas bagaimana kami membacakan shalawat untuk tuan ?". Kemudian Rasulullah diam, sehingga kami khawatir kalau apa yang ditanyakan oleh Basyir itu tidak berkenan dibenak beliau, tetapi Rasulullah SAW lantas bersabda: "Ucapkanlah: "Allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa'alaa aali Muhammad kamaa shallaita 'alaa Ibrahiim wabaarik 'alaa Muhammad wa'alaa aali Muhammad kamaa baarakta 'alaa aali Ibrahiim; innaka hamiidum majiid (Wahai Allah limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrahim, dan limpahkanlah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan barakah kepada Ibrahim; sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung). Dan tentang ucapan salam maka sebagaimana apa yang telah kamu ketahui" (HR. Muslim).

Dari Abu Humaid As Sa'idy ra. berkata: "Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami membacakan shalawat untuk tuan ?". Beliau bersabda: "Ucapkanlah: " Allaahumma shalli 'alaa Muhammad wa'alaa azwaajihii wadzurriyyatihii kamaa shallaita 'alaa Ibraahiim wabaarik 'alaa Muhammad wa'alaa azwaajihii wadzurriyyatihii kamaa baarakta 'alaa Ibraahiim; innaka hamiidum majid" (Wahai Allah limpahkanlah rahmat kepada Muhammad beserta istri-istri dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrahim, dan limpahkanlah barakah kepada Muhammad beserta istri-istri dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan barakah kepada Ibrahim; sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung" (HR. Bukhari dan Muslim).







Senin, 22 Februari 2010

MEMBACA SHALAWAT UNTUK RASULULLAH SAW (Bag. 1)


Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash ra., Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang membacakan satu kali shalawat untukku maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya" (HR. Muslim).

Dari Ibnu Mas'ud ra., Rasulullah SAW bersabda: "Manusia yang paling dekat dengan aku nanti pada hari kiamat yaitu mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku" (HR. At-Turmudzy).

Dari Aus bin Aus ra., Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kamu sekalian adalah hari jum'at; oleh karena itu perbanyaklah membaca shalawat untukku pada hari itu, karena sesungguhnya bacaan shalawat itu diperlihatkan kepadaku". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana bacaan shalawat kami diperlihatkan kepada tuan sedangkan jasad tuan sudah bercampur dengan tanah ?". Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada bumi untuk memakan jasad para nabi" (HR. Abu Dawud).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh hina seseorang yang mendengar namaku disebut kemudia ia tidak membacakan shalawat untukku" (HR. At-Turmudzy).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu sekalian menjadikan kuburku sebagai tempat perayaan; dan bacalah shalawat untukku karena sesungguhnya bacaan shalawatmu itu akan sampai kepadaku dimanapun kamu berada" (HR. Abu Dawud).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Tiada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah mengembalikan nyawaku sehingga aku dapat menjawab salam kepadanya" (HR. Abu Dawud).

Dari Ali ra., Rasulullah SAW bersabda: "Orang kikir yaitu orang yang bila namaku disebut, ia tidak membacakan shalawat untukku" (HR. At-Turmudzy).

Dari Fadlalah bin 'Ubaid ra., berkata bahwasannya Rasulullah SAW mendengar seseorang berdo'a sewaktu shalat dimana ia tidak mengagungkan nama Allah ta'ala dan tidak membacakan shalawat untuk Nabi SAW, kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Orang ini sangat tergesa-gesa"; beliau lantas memanggilnya dan bersabda kepadanya atau juga kepada yang lain: "Apabila salah seorang diantara kamu sekalian shalat maka hendaknya ia memulainya dengan memuji dan menyanjung Tuhannya Yang Maha Suci kemudian membacakan shalawat untuk Nabi SAW, baru setelah itu berdo'a sekehendaknya" (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzy).

CATATAN: Hadist-hadist yang dikutip dalam tulisan ini bersumber dari buku terjemah RIYADLUS SHALIHIN II.
(Bersambung)

Sabtu, 20 Februari 2010

JOKE UNTUK HARI MINGGU


Azis Setiawan 20 Februari jam 2:52 Balas
Ada 3 org profesional peserta seminar menginap di sebuah hotel, sebut saja A,B,dan C. Mereka bergabung di kamar mewah lantai 60, dari 75 lantai. setelah megikuti seminar yg melelahkan sampai malam, mereka pulang kembali ke hotel.

Ternyata apes, semua lift di hotel itu macet total. Akhirnya mereka sepakat naik tangga darurat menuju kamar di lantai 60.

Sambil berjalan menuju tangga darurat, si A punya usul agar tak bosan menaiki tangga, bagaimana kalau mulai lantai 1 sampai 20 si A menyanyikan sebuah lagu, lalu B bercerita yang lucu2 mulai lantai 21 sampai 40, dan C menceritakan kisah2 sedih mulai lantai 41 sampai 60. mereka pun setuju.

si A mulai menyanyi dengan baik, ..... lantai 20 sudah di lewati.
si B mulai bercerita lucu, tidak terasa lantai 40 di depan mata. ahkirnya sampai dilantai 41, mulailah C bercerita sedih.

Si C memulai cerita sedih yang pertama yaitu "Saya lupa membawa kunci kamar kita yang tertinggal di mobil."

Alamak...kacau kali pun!!!hihihi...

DAJJAL (Bag. 3 - tamat)


Dari Rib'iy bin Hirasy berkata: "Saya pergi bersama Abu Mas'ud Al Anshary ketempat Hudzaifah bin Al Yaman ra., kemudian Abu Mas'ud berkata kepada Hudzaifah: "Ceritakanlah kepadaku berita tentang Dajjal yang engkau dengar dari Rasulullah SAW". Hudzaihaf berkata: "Sesungguhnya Dajjal itu akan keluar dengan membawa air dan api. Adapun apa yang terlihat air oleh manusia maka itu sebenarnya adalah api yang membakar, sedangkan apa yang terlihat api oleh manusia maka itu sebenarnya adalah air yang dingin dan segar. Barang siapa diantara kamu sekalian berjumpa dengan Dajjal maka hendaklah ia menjatuhkan pilihannya pada apa yang terlihat api karena sesungguhnya itu adalah air yang segar dan baik". Kemudian Abu Mas'ud berkata: "Saya pun telah mendengar berita yang seperti itu". (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Anas ra., Rasulullah SAW bersabda: "Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh Dajjal kecuali Mekkah dan Madinah, tiada suatu gang (jalan) pada kedua negeri itu melainkan disitu pasti ada malaikat yang berbaris untuk menjaganya, maka berhentilah Dajjal pada tempat yang gersang didekat Madinah, kemudian kota Madinah diguncangkan dengan tiga kali guncangan dimana Allah bermaksud untuk mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik dari Madinah" (HR. Muslim).

Dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda: "Orang Yahudi Ishbahan sebanyak tujuh puluh ribu yang lengkap dengan pakaian seragamnya akan selalu mengikuti Dajjal" (HR. Muslim).

Dari Ummu Syarik ra., Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh manusia melarikan diri dari Dajjal sampai diatas gunung" (HR. Muslim).

Dari 'Imran bin Hushain ra. berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada suatu perkara yang lebih besar daripada Dajjal dalam waktu sejak diciptakannya Nabi Adam SAW sampai dengan datangnya hari kiamat" (HR. Muslim).

Dari Al Mughirah bin Syu'bah ra. berkata: "Tidak ada seorang pun yang sering bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Dajjal melebihi pertanyaan saya, dan sesungguhnya beliau bertanya kepada saya: "Apa yang kamu khawatirkan ?". Saya menjawab: "Sesungguhnya orang-orang mengatakan bahwasannya Dajjal itu mempunyai bukit roti dan sungai air". Beliau bersabda: "Yang demikian itu sangat remeh bagi Allah ta'ala" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Anas ra., Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada seorang nabi pun melainkan telah memperingatkan kepada ummatnya terhadap si buta sebelah yang sangat pendusta. Ingatlah bahwasannya Dajjal itu buta sebelah, dan sesungguhnya Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung itu tidaklah buta sebelah; dan diantara kedua mata Dajjal itu ada tulisan : k f r" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Sukakah aku jelaskan kepada kamu sekalian suatu berita tentang Dajjal yang belum pernah dijelaskan oleh seorang Nabi kepada ummatnya. Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah, dan sesungguhnya ia akan muncul dengan membawa semacam surga dan neraka; sesuatu yang dikatakan surga oleh Dajjal maka itu sebenarnya adalah neraka" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu 'Umar ra. bahwasannya Rasulullah SAW menyebut-nyebut Dajjal di tengah-tengah manusia, dimana beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah itu tidaklah buta sebelah. Ingatlah bahwasannya Al Masih Dajjal itu mata sebelah kanannya buta, matanya itu seperti buah anggur yang menonjol keluar" (HR. Bukhari dan Muslim).



Jumat, 19 Februari 2010

RIWAYAT DZURRIYAT (PARA ANAK CUCU/KETURUNAN RASULULLAH SAW.


Menampilkan kesemua 3 kiriman.
Kiriman 1
Eko Iskandar menulispada 17 Februari 2010 jam 4:46
Sekilas Riwayat Dzurriyat (Para Anak Cucu/ Keturunan) Baginda Nabi saw.

Pendahuluan

At Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir ra; ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: "Wahai manusia, aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian berpegang dengannya, pasti kalian tidak akan tersesat: Kitabullah dan keturunanku." (Al Jami ash Shahih; hadits 3786).

Ibnu Abi Syaibah dan Musaddad dalam masing masing Musnadnya, Al Hakim dan At Tirmidzi dalam Nawadir al Ushul, Abu Ya’la, serta Ath Thabrani telah meriwayatkan sebuah hadits dari Salmah bin al Akwa ra yang mengatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Bintang menjadi pelindung bagi penduduk langit, sementara ahlul bait ku menjadi pelindung bagi umatku.”

Ad Dailami meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Said ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Kemurkaan Allah swt amat besar kepada orang yang menyakitiku dengan cara menyakiti keturunanku.”

Dalam al Ausath, Ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Hasan bin Ali ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Pertahankanlah rasa cinta kalian kepada ahlul bait, karena barang siapa yang berjumpa dengan Allah swt sementara ia mencintai kami, maka ia akan masuk surga dengan syafaat kami. Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, ketahuilah bahwa perbuatan seorang hamba tidak akan berguna baginya kecuali ia mengetahui hak kami.”

Ad Dailami meriwayatkan sebuah hadits dari Ali ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “4 golongan yang akan aku tolong kelak di hari kiamat adalah orang yang memuliakan keturunanku, orang yang berusaha memenuhi kebutuhan mereka, orang yang berusaha membantu segala urusan mereka ketika terdesak, serta para pecinta mereka dengan hati & lisannya.”

Abu Na’im meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Utsman bin Affan ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa berbuat baik kepada salah seorang dari bani Muthalib di dunia, sementara salah seorang dari mereka (bani Muthalib) tidak mampu membalasnya, maka akulah yang akan membalasnya kelak di hari Kiamat.”

Imam at Tirmidzi dan Imam ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Cintailah Allah agar kalian memperoleh sebagian nikmat-Nya, cintailah aku agar kalian memperoleh cinta Allah, dan cintailah keluargaku (ahlul baitku) agar kalian memperoleh cintaku.”

Para ahlul bait dan para sahabat ra memang bukan ma'sum (Terpelihara), tetapi mereka itu mahfuzh (Dipelihara) dengan pemeliharaan Allah swt terhadap orang-orang soleh. Mungkin saja, secara syariat, mereka terjatuh ke dalam kesalahan dan dosa. Akan tetapi, Allah swt memelihara mereka dengan pemeliharaan dari-Nya. Dengan demikian, tidaklah salah bagi kaum muslimin untuk mencintai keluarga & keturunan baginda Nabi saw dengan sepenuh hatinya.

Meskipun begitu, menurut Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri, pengasuh Rubat Tarim Hadramaut, apabila kita menemukan dari keturunan Rasul ada yang menyimpang, sebagai bentuk rasa cinta kasih kita kepada kereka, kita wajib ber amar ma’ruf nahi munkar.

Riwayat singkat kedua cucu baginda Nabi Muhammad saw.

Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib ra.

Sayyidina Hasan bin Ali bin abi Thalib ra, bersama adiknya Sayyidina Husein bin Ali bin abi Thalib ra adalah cucu dan buah hati Baginda Rasulullah saw dari putri tercinta beliau saw, yaitu Siti Fathimah az zahra ra. Sayyidina Hasan ra, yang dilahirkan di Kota Madinah pada tanggal 15 Ramadhan tahun 3 Hijriah, merupakan cucu pertama baginda Nabi saw. Putra Imam Ali karamallahu wajhah ini sangat mirip dengan Rasulullah saw. Namun kebersamaan Rasulullah saw bersama Al Hasan dan saudara Al Husein tidak berlangsung lama, karena ketika Al Hasan masih berumur 7 tahun, Rasulullah saw meninggal dunia.

Kesedihan yang dirasakan oleh Siti Fathimah ra dan Imam Ali karamallahu wajhah atas wafatnya Rasulullah saw, juga dirasakan oleh Al Hasan. Maklum beliau sangat dekat dengan datuknya. Namun tidak lama kemudian, kira-kira enam bulan setelah Rosululloh SAW wafat, ibu tercintanya yaitu Siti Fathimah ra. meninggal dunia.

Sayyidina Hasan ra memegang tampuk pemerintahan sesudah ayahnya (Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra) wafat syahid terbunuh dipukul dengan pedang oleh Abdurahman bin Muljam, berdasarkan pembai’atan yang dilakukan oleh penduduk Kota Kufah. Beliau memerintah selama enam bulan dan beberapa hari, sebagai pemimpin yang benar, adil dan jujur.

Beliau (Sayyidna Hasan ra) membuat perjanjian damai dengan pemberontak Mu’awiyyah. Dengan terjadinya penyerahan kekuasaan dari Sayyidina Hasan ra ke Muawiyah yang terjadi pada pertengahan bulan Jumadil Awal tahun 41 Hijriyah, maka kekhalifahan selanjutnya dipegang oleh Sahabat Muawiyah. Usia Muawiyah saat itu 66 tahun, sedang usia Sayyidina Hasan adalah 38 tahun. Dalam sejarah Islam, tahun dimana terjadi perdamaian antara Sayyidina Hasan ra dan Muawiyah ini, disebut ‘Aamul Jama’ah, karena pada saat itu kaum muslimin bersatu dibawah satu komando.

Selanjutnya beliau (Sayyidina Hasan ra) dan seluruh keluarganya segara meninggalkan Kufah dan kembali menetap di Madinah. Hampir 10 tahun Sayyidina Hasan ra tinggal di Madinah, dan waktunya banyak beliau habiskan dalam beribadah dan mengamalkan ilmunya. Apabila beliau selesai sholat subuh, beliau selalu mampir ketempat istri istri Rasulullah saw. Dan terkadang memberi mereka hadiah. Namun apabila beliau selesai sholat dhohor, beliau tetap duduk di Mas’jid mengajar, dan terkadang menambah ilmu dari para Sahabat Rasulullah saw yang masih ada.

Akhirnya, pada tanggal 28 Shafar tahun 50 Hijriyah, Sayyidina Hasan ra berpulang ke rahmatullah dalam usia 47 tahun dan dimakamkan di pemakaman umum Baqi’. Dalam kitab Al-Ishaabah, Al-Waqidi bercerita: “Pada hari (penguburan Sayyidina Hasan ra) orang-orang yang menghadirinya sangat banyak. Sekiranya jarum dilemparkan di atas mereka, niscaya jarum tersebut akan jatuh di atas kepala mereka dan tidak akan menyentuh tanah.”

Mengenai kematian Sayyidina Hasan ra ini, para ahli sejarah mengatakan, bahwa beliau wafat karena diracun. Saudaranya yaitu Sayyidina Husein ra, tatkala mengetahui sang kakak telah diracun, memaksanya agar memberitahu siapa pelakunya, namun beliau (Sayyidina Hasan ra) menolak.

Abul Faraj Al-Ishfahani dalam bukunya Maqatiluth Thalibiyin menulis: “Mu’awiyah ingin mengambil bai’at untuk putranya, Yazid. Demi merealisasikan tujuannya ini ia tidak melihat penghalang yang besar melintang kecuali Sayyidina Hasan ra dan seorang sahabat ra Sa’d bin Abi Waqqash. Dengan demikian, ia membunuh mereka berdua secara diam-diam dengan racun.”

As Sibth bin Jauzi meriwayatkan dari Ibnu Sa’d dalam kitab At-Thabaqat dan ia meriwayatkan dari Al-Waqidi bahwa Sayyidina Hasan ra ketika sedang menghadapi sakaratul maut pernah berwasiat: “Kuburkanlah aku di samping kakekku Rasulullah saw”. Akan tetapi, Bani Umaiyah, Marwan bin Hakam dan Sa’d bin Al-’Ash sebagai gubernur Madinah kala itu tidak mengizinkannya untuk dikuburkan sesuai dengan wasiatnya.Akhirnya, jenazah Sayyidina Hasan ra diboyong menuju ke pekuburan Baqi’ dan dikuburkan di samping kuburan neneknya (Ibunda dari Sayyidina Ali bin abi Thalib ra), yaitu Fathimah binti Asad.

Ibnu Al-Jauzi dalam kitabnya Tadzkirah Al-Khawas menukil dari Abu Sa’id dalam Thabaqat-nya menyebutkan putra putri Sayyidina Hasan ra adalah: Muhammad Al-Ashghar, Ja’far, Hamzah, Muhammad Al-Akbar, Zaid, Hasan Al-Mutsana, Fatimah, Ummul Hasan, Umul Khair, Ummu Abdurrahman, Ummu Salmah, Ummu Abdullah, Ismail, Ya’qub, Abubakar, Thalhah dan Abdullah.
Muhammad Ali Shabban dalam bukunya ‘Teladan Suci Keluarga Nabi’ mengatakan keturunan Sayyidina Hasan ra yang sahih yang ada sekarang adalah Zaid dan Hasan Al-Mutsana. Zaid lebih tua dari saudaranya Hasan Al-Mutsana. Sesudah pamannya (Sayyidina Husein ra) meninggal, ia membai’at Abdullah bin Zubair sebagai khalifah. Menurut salah satu pendapat, Zaid hidup selama seratus tahun.

Sedangkan Hasan Al-Mutsana, ikut pamannya (Sayyidina Husein ra) di Karbala, dan mendapat luka-luka dalam perang melawan pasukan Yazid Muawiyyah. Ketika pihak musuh hendak mengambil kepalanya, mereka dapati ia masih bernafas, lalu Asma bin Kharijah Al-Fazzari berkata: ‘Biarkan dia kubawa!” Kemudian dibawanya ke Kufah dan diobati sampai sembuh. Setelah itu, Hasan Al-Mutsana kembali ke Madinah.

Habib Ali Zainal Abidin Assegaf, pengurus Naqobatul Asyrof Al-Kubro (lembaga pemeliharan, penelitian, sejarah dan pencatatan silsilah Alawiyin) mengungkapkan mayoritas habib (sayyid) di Indonesia yang ber-fam Al-Hasani berasal dari putra Sayyidina Hasan yang bernama Hasan Al-Mutsana. Pemilik fam Al-Hasani, kata dia, tak sebanyak jumlah fam di keluarga Bani Alawi yang merupakan keturunan Sayyidina Husein ra. “Al-Hasani itu mastur (tidak banyak, langka dan tersembunyi, red),” ujar Chaidar.

Al-Hasani memang mastur, tapi diantara yang sedikit itu saat muncul ke permukaan sangat masyhur (sangat terkenal). Beberapa figur ternama yang memiliki fam Al-Hasani adalah Sulthanul Awlia (Pemimpin Para Wali) Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Syekh Saman Al-Madani (pendiri Tarekat Sammaniyah), Abul Hasan Asy-Syadzili (Sufi besar asal Maroko), Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliky dan putranya Al Imam As Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliky al Hasani.

Beliau, Al Imam As Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani (wafat dan di makamkan di pemakaman Ma’la, Makkah Al Mukarromah pada 15 Ramadhan 1425H / 29 Oktober 2004), adalah seorang Muhaddits & tokoh Ulama Sunni abad ini, seorang mufassir yang ahli dalam ilmu Fiqh, Aqidah, Tasawwuf, dan Sirah. Diantara kitab karya monumental beliau yang telah mendapat sambutan tidak kurang dari 40 ulama besar dunia. adalah : Mafahim Yajibu An Tushahhah (Pemahaman-pemahaman yang harus diluruskan).

Beliau (Abuya Al Maliki), sebagaimana diceritakan oleh Ketua Tanfidziyah PB NU, Prof DR. KH Said Agil Siraj MA dalam majalah Sabili No. 14 (4 Febr 2010), pernah melakukan debat terbuka dengan Syeikh Abdul Azis bin Baz (Mufti Kerajaan Arab Saudi). Debat tsb Alhamdulillah dimenangkan oleh Abuya Al Maliki, tapi oleh pemerintah Saudi dokumentasi debat ini tidak boleh disebarluaskan. Akhirnya, abuya Al Maliki menuliskan hasil debat tersebut dengan bahasa yang sudah diperhalus, serta dengan tidak menyebutkannya sebagai hasil debat, dalam kitab beliau: Mafahim Yajibu An Tushahhah.

Dari kediaman beliau di Makkah Al mukarromah yang juga merupakan Majelis Ilmu dan Ribath Sunni, telah bermunculan ulama-ulama besar yang membawa panji Rasulullah ke seluruh penjuru dunia. Murid-murid beliau dapat kita jumpai di India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika dan terutama Asia. Di Indonesia, Haiah As Shofwah adalah wadah bagi para alumni dari ma’had beliau.

Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abi Thalib ra.

Sayyidina Husein ra (Abu Abdillah) adalah cucu Rasulullah saw dan beliau adalah adik dari Sayyidina Hasan ra. Beliau ra lahir pada hari ke 5 bulan Sya'ban tahun ke 4 hijriyah. Sayyidina Husein ra gugur sebagai syahid dalam usia 57 tahun, pada hari Jum'at, hari ke 10 (Asyura) dari bulan Muharram, tahun 61 Hijriyah di padang Karbala, suatu tempat di Iraq yang terletak antara Hulla dan Kuffah.

Menurut al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan dari keturunan Sayyidina Husein ra yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath yang diberi gelar “ALI ZAINAL ABIDIN”. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar, Ali al-Asghar , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur bersama ayahnya sebagai syahid di Karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah: Zainab, Sakinah dan Fathimah.

Kaum Alawiyyin adalah keturunan dari Rasulullah saw melalui Imam Alwi bin Ubaydillah bin AHMAD AL MUHAJIR bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin ALI ZAINAL ABIDIN bin SAYYIDINA HUSAIN RA. Istilah Alawiyin atau Ba’alawi digunakan untuk membedakan keluarga ini dari keluarga para Sayyid yang lain yang sama –sama keturunan Rasulullah saw.

Prof. Dr. Hamka mengutip kata-kata mutiara dari al Imam Asy Syafi'i saat menulis kata sambutan dalam sebuah buku karangan Al Habib Hamid Al Husaini yang berjudul Al-Husain bin Ali Pahlawan Besar sbb: "Jika saya akan dituduh (sebagai) orang Syiah karena saya mencintai keluarga Muhammad saw, maka saksikanlah oleh seluruh manusia dan jin, bahwa saya ini adalah penganut Syi'ah."

Beliau juga pernah mengatakan : “Tidak layak untuk tidak mengetahui bahwa Alawiyyin Hadramaut berpegang teguh pada madzhab Syafi’i. Bahkan, yang mengokohkan madzhab ini di Indonesia, khususnya di tanah Jawa, adalah para Ulama Alawiyin Hadramaut.”

Di beberapa negara, sebutan untuk dzurriyat rasul saw ini berbeda-beda. Di Maroko dan sekitarnya, mereka lebih dikenal dengan sebutan Syarif, di daerah Hijaz (Semenanjung Arabia) dengan sebutan Sayyid, sedangkan di nusantara umumnya mereka dikenal dengan sebutan Habib. Di Indonesia sendiri ada lembaga khusus yang berpusat di Jakarta, bernama Rabithah Alawiyah, yang mencatat nasab (silsilah) para Alawiyin. Sehingga benar-benar gelar Habib atau Sayyid tidak disalahgunakan oleh seseorang.

Dalam buku “Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh”, Prof DR. Hamka menyebutkan bahwa: “Gelar Syarif khusus digunakan bagi keturunan Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husain ra apabila menjadi raja. Banyak dari para Sultan di Indonesia adalah keturunan baginda Rasulullah saw. Diantaranya Sultan di Pontianak mereka digelari Syarif. Sultan Siak terakhir secara resmi digelari Sultan Sayyid Syarif Qasim bin Sayyid Syarif Hasyim Abdul Jalil Saifuddin. Demikian pula dengan pendiri kota Jakarta yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, beliau digelari Syarif Hidayatullah.”

Kemudian Buya Hamka menjelaskan bahwa dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda, yang artinya “Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin (sayyid) pemuda ahli surga” (Seraya menunjuk kedua cucu beliau, Sayyidina Hasan dan Husain). Berlandaskan hadits tsb, sudah menjadi tradisi turun temurun bahwa setiap keturunan Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husain ra digelari Sayyid.

Dipandang sangat tidak hormat kepada Rasulullah, jika ada yang mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak memiliki keturunan dan mengatakan bahwa orang yang mengaku keturunan beliau adalah seorang yang berbohong. Tidak akan mengatakan perkataan seperti ini kecuali orang yang iri dan dengki. (Seperti didalam Al Qur’an Surat Al Kautsar).

Pada sekitar abad 9 H sampai 14 H, mulai membanjirnya hijrah kaum Alawiyin keluar dari Hadramaut. Mereka menyebar ke seluruh belahan dunia, hingga sampailah ke nusantara ini. Diantara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang masih dapat disaksikan hingga kini, diantaranya: Kerajaan Al Aydrus di Surrat (India), Kesultanan Al Qadri di Kepulauan Komoro dan Pontianak, Kesultanan Al Bin Syahab di Siak dan Kesultanan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama Alawiyin pada masa itu adalah Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad (Shahibur Ratib Al Haddad). Sejarawan Hadramaut, Syaikh Muhammad Bamuthrif, mengatakan, bahwa Alawiyin atau Qabilah Ba’alawi dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut, dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika.

Riwayat Al Imam Ahmad Al Muhajir

Beliau (Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra.) adalah dzurriyat (keturunan) baginda Nabi saw yang hijrah dari Baghdad (Iraq) menuju ke Hadramaut Yaman pada abad ke 4 Hijriah. Beliau memilih Hadramaut sebuah negeri miskin yang tandus sebagai tempat hijrahnya, demi untuk menyelamatkan akidah dan agamanya.

Pada saat itu (abad ke 4 Hijriah), merupakan masa yang paling gelap dalam sejarah Islam. Di kalangan muslimin, umat terpecah belah menjadi beberapa kelompok, diantaranya: Sunnah, Syiah, Khawarij, Mu’tazilah (Faham Rasionalisme pertama dalam Islam) dan lain – lainnya. Belum lagi datangnya kelompok Zanji (Komunitas budak kulit hitam asal Afrika) di kota Bashrah (Iraq), yang menjarah dan banyak menimbulkan kekacauan di segala bidang.

Disebutkan bahwa ketika terjadi serangan dari kelompok Zanji ini, ribuan warga Basrah terbunuh dalam tiap harinya (871 M). Ditambah lagi kehadiran kaum Qaramitha (Kelompok ekstrim Syiah yang berniat menumbangkan kaum Sunni) pada tahun 310 H, yang telah menjadikan kota Basrah semakin mencekam. Pada masa itu, sejarah mencatat, bahwa pada tahun 930 M, kaum Qaramitha masuk dan menyerang kota suci Makkah, bahkan Hajar Aswad berhasil dijebol dan dirampok dari tempat asalnya dan berada di tangan kaum Qaramitha selama 23 tahun. Suasana Makkah dan Madinah saat itu sangat mencekam, pembunuhan terjadi di berbagai penjuru kota.

Dalam keadaan seperti itulah, Al Imam Ahmad Al Muhajir meninggalkan tanah kelahirannya untuk menyelamatkan akidahnya, serta bagi generasi keturunan berikutnya. Ketika masuk ke Hadramaut, beliau menggunakan metode dakwah dengan akhlak yang lembut dan luwes. Menurut sumber sejarah yang shahih, dikatakan bahwa madzhab Khawarij merupakan madzhab yang paling banyak dianut masyarakat di Hadramaut kala itu. Mereka saling berebut pengaruh dengan kelompok Zaidiyah (Penganut Syiah yang ajarannya mendekati Ahlussunnah).

Namun dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian Al Imam Ahmad Al Muhajir beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih dan Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah. Tidak sedikit dari kaum Khawarij yang dulunya bersifat brutal, akhirnya menyatakan taubat di hadapan beliau. Dan sebelum abad 7 H berakhir, madzhab Khawarij telah terhapus secara menyeluruh dari Hadramaut, dan Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah diterima oleh seluruh penduduknya.

Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” terutama bagi kaum Alawiyin, karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya. Ini dapat dilihat bagaimana amalan mereka dalam bidang ibadah, yang tetap berpegang pada madzhab Syafi’i, seperti pengaruh yang telah mereka tinggalkan di Nusantara ini. Dalam bidang Tasawuf, meskipun ada nuansa Ghazali, namun di Hadramaut menemukan bentuknya yang khas, yaitu Tasawuf sunni salaf Alawiyin yang sejati.

Dari Hadramaut inilah, anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Saat ini negeri muslimin terbesar di dunia adalah Indonesia , dan yang membawa Islam ke Indonesia adalah penduduk Yaman (yang datang pada abad ke – 16 dari Hadramaut dan juga ada yang melalui Gujarat), dari keluarga Al Hamid, As Saggaf , Al Habsy dan As Syathiry, Assegaf dan lain lain (masih banyak lagi para keluarga dzurriyat baginda Nabi saw, yang sampai kini masih terus berdakwah membimbing ummat di bumi Indonesia seperti: Al Aydrus, Al Attas, Al Muhdhor, Al Haddad, Al Jufri, Al Basyaiban, Al Baharun, Al Jamalullail, Al Bin Syihab, Al Hadi, Al Banahsan, Al Bin Syaikh Abu Bakar, Al Haddar, Al Bin Jindan, Al Musawa, Al Maulachila, Al Mauladdawilah, Al Bin Yahya, Al Hinduan, Al Aidid (–bukan Aidit–), Al Ba’bud, Al Qadri, Al Bin Syahab, dan lain lain) termasuk juga para Wali Songo, yang menyebar ke pedalaman – pedalaman Papua , Sulawesi, Pulau Jawa , mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas.

Khusus para Wali Songo, menurut Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri (pengasuh Rubat Tarim Hadramaut), silsilah mereka sampai kepada Paman dari Al Faqih Al Muqaddam, yaitu Al Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Alawiyin bin Ubaydillah bin Imam Ahmad Al Muhajir.

Mereka (para Wali Songo) selalu berpegang teguh kepada para leluhurnya, yaitu bermadzhab Syafi’i secara Fiqih, dan secara aqidah mereka menganut teologi Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi, sedangkan manhaj dakwah mereka mengikuti thariqah Ba’alawi.

Maka benarlah sabda Baginda Nabi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu :

أَتَاكُمْ أَهْلَ اْليَمَن هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوْبًا اَلْإِيْمَانُ يَمَانٌ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ

“ Datang kepada kalian penduduk Yaman, mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah pada penduduk Yaman, dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )

Para ulama ahlu Yaman sejak berabad –abad tahun yang lalu didakwahi pertama kali oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Mu’adz bin Jabal ra . Sayyidina Mu’adz bin Jabal ke Yaman Utara dan sayyidina Ali bin Abi Thalib ke Yaman Selatan, Hadramaut . Demikian dakwah kedua shahabat ini membuka Yaman menjadi wilayah muslimin , dan disabdakan oleh Rasul yang berdoa:

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا

“ Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk wilayah Syam, Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Yaman “

Syam adalah wilayah Jordan dan sekitarnya , mengapa Rasulullah mendoakan keberkahan untuk wilayah yaman ? , karena beliau mengetahui bahwa nanti stelah beliau wafat akan ada Al Imam Ahmad Al Muhajir keturunan beliau hijrah ke Yaman dari Baghdad dan kemudian terus menyebar Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan hadits ini , beliau berkata bahwa hadits ini terikat pada kaum Anshar karena ternyata kaum Anshar itu adalah keturunan oarng –orang Yaman , yang mana Rasulullah telah bersabda :

مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُمُ اللهُ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُمُ اللهُ

“ Barangsiapa yang mencintai Anshar maka ia dicintai Allah , dan siapa yang membenci Anshar maka ia dibenci Allah “

Anshar adalah keturunan orang Yaman , bahkan Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam An Nawawy alaihi rahmatullah menjelaskan bahwa penduduk Makkah pun ketika di masa datangnya Siti Hajar ‘alaihassalam yang ditinggalkan oleh nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang ketika itu sayyidah Hajar bersama putranya yaitu nabi Ismail alaihissalam ditinggal di Makkah, ketika itu datang kafilah dari Bani Tihamah dari Yaman , jadi penduduk Makkah pun asal muasalnya dari Yaman juga , ternyata Makkah dan Madinah awalnya juga dari Yaman, demikian pula muslimin yang sampai ke Indonesia awalnya juga dari Yaman. Maka benarlah sabda Baginda Nabi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan kemuliaan ahlu Yaman. Subhanallah.

(Diolah dari berbagai sumber)
Daftar Rujukan:

- 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia; Abdul Qadir Umar Mauladawilah.
- Petunjuk Monogran Silsilah Berikut Biografi dan Arti Gelar Masing-masing Leluhur Alawiyin; Al Habib Muhammad Hasan Aidid.
- 60 Hadits tentang Ahlul Bait Nabi saw; Al Imam al Hafizh Jalaluddin as Suyuthi.
- Katakan Inilah Jalanku; Ceramah Al Habib Jindan bin Novel bin salim bin Jindan.
- Kemuliaan Ahlu Yaman, Ceramah Al Habib Munzir Al Musawa, 8 Februari 2010.
- Mutiara Ahlul Bait dari Tanah Haram; Al habib Muhsin bin Ali Hamid Ba’alawi

http://www.shiar-islam.com
http://www.albayyinat.net/
http://algembira.blog.com
http://www.asyraaf.net
http://kembaraimanku.blogspot.com

DAJJAL (Bag. 2)


Dari Abu Sa'id Al Khudry RA, Rasulullah SAW bersabda: "Dajjal akan muncul kemudian ada seorang mukmin yang datang kepadanya, lalu ia disambut oleh ajudan-ajudan Dajjal dimana mereka bertanya kepadanya: "Hendak kemana kamu ?". Ia menjawab: "Saya hendak menemui seseorang yang baru saja muncul". Mereka bertanya kepada orang mukmin itu: "Apakah kamu tidak percaya kepada Tuhan kami ?". Ia menjawab: "Tidak ada keraguan sedikit pun tentang Tuhan kami". Mereka berkata: "Bunuhlah orang ini". Salah seorang diantara mereka berkata kepada yang lain: "Bukankah Tuhanmu telah melarang kamu untuk membunuh seseorang tanpa perintahnya ?". Mereka lantas membawa orang mukmin itu kehadapan Dajjal. Ketika orang mukmin itu melihat Dajjal, ia berkata: "Wahai sekalian manusia sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW". Kemudian Dajjal memerintahkan untuk menelantangkan orang mukmin itu, serta berkata: "Siksalah orang ini, pecahkanlah kepalanya serta pukulilah punggung dan perutnya"; kemudian Dajjal bertanya: "Apakah kamu belum percaya kepadaku ?". Ia menjawab: "Engkau adalah Al Masih pendusta besar". Dajjal lantas memerintahkan agar orang mukmin itu dibelah dengan gergaji dari kepala sehingga terbelah dua searah dengan kedua kakinya, kemudian Dajjal berjalan melalui kedua bagian itu, serta berkata kepadanya: "Bangkit dan berdirilah tegak" . Lalu Dajjal bertanya kepadanya: "Apakah kamu belum percaya kepadaku ?". Ia menjawab: " Malah pengetahuanku tentang engkau bertambah jelas". Kemudian orang mukmin itu berkata: "Wahai sekalian manusia sesungguhnya Dajjal tidak akan bisa berbuat seperti ini lagi kepada siapa pun setelah memperlakukan sedemikian rupa kepadaku". Dajjal lantas memegang orang mukmin itu untuk disembelih tetapi tiba-tiba Allah menjadikan anggota badan yang berada diantara leher dan tulang belakang itu seperti baja sehingga Dajjal tidak mampu untuk menyembelihnya. Kemudian Dajjal memegang kedua tangan dan kedua kakinya lantas dilemparkan kesuatu tempat yang orang-orang menyangka bahwa tempat itu adalah neraka tetapi sebenarnya ia dilempar kedalam surga". Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Inilah manusia yang paling besar persaksiannya (mati syahid yang paling tinggi tingkatannya) menurut Tuhan seru sekalian alam" (HR. Muslim)

Bukhari meriwayatkan pula sebahagian hadist ini dengan maksud yang serupa.

Dikutip dari buku terjemah RIYADLUS SHALIHIN jilid II.

(Bersambung)


Kamis, 18 Februari 2010

DAJJAL (Bag. 1)


Dari An Nawwas bin Sim'an RA berkata: "Pada suatu pagi Rasulullah SAW menceritakan tentang Dajjal. Didalam bercerita itu beliau merendahkan/melirihkan dan mengeraskan suaranya sehingga kami mengira bahwa Dajjal itu berada di tengah-tengah kebun korma. Ketika kami ke kebun beliau mengetahui maksud kami, kemudian beliau bertanya: "Apa maksudmu ?". Kami menjawab: "Wahai Rasulullah, tadi engkau menceritakan tentang Dajjal, dan didalam bercerita itu engkau merendahkan/melirihkan dan mengeraskan suara sehingga kami mengira bahwa Dajjal berada di tengah-tengah kebun korma". Beliau bersabda: "Selain Dajjal ada yang lebih aku khawatirkan. Jika Dajjal keluar sedangkan aku masih berada di tengah-tengah kamu sekalian niscaya cukup aku saja yang melawannya tanpa kamu. Jika Dajjal keluar sedangkan aku sudah tidak berada di tengah-tengah kamu sekalian maka masing-masing orang harus bisa mempertahankan dirinya sendiri. Allah sebagai gantiku didalam melindungi setiap muslim. Dajjal itu adalah seorang pemuda yang berambut keriting, matanya agak menonjol keluar. Kalau boleh aku mengumpamakan, dia itu seperti 'Abdul 'Uzza bin Qathan. Barang siapa diantara kamu sekalian menjumpainya maka hendaklah membacakan permulaan surat Al Kahfi kepadanya. Dajjal keluar diantara Syam dan Irak, kemudian ia membuat onar kekanan dan kekiri. Wahai hamba Allah teguhkanlah pendirianmu". Kami bertanya: "Wahai Rasulullah, berapa lama dia dipermukaan bumi ?". Beliau menjawab: " Empat puluh hari. Sehari seperti satu tahun; sehari seperti satu bulan, sehari seperti satu minggu, dan hari-hari yang lain seperti hari-hari biasa". Kami bertanya: "Wahai Rasulullah, pada hari yang seperti satu tahun itu apakah kita cukup mengerjakan shalat seperti satu hari biasa saja ?". Beliau bersabda: "Tidak, kira-kirakan saja". Kami bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatannya dipermukaan bumi ini ?". Beliau bersabda: "Seperti awan yang didorong oleh angin. Ia datang kepada suatu kaum dan mengajak mereka, maka mereka pun mempercayainya dan mengikuti apa yang diperintahkannya. Ia menyuruh langit untuk segera menurunkan hujan maka turunlah hujan; ia menyuruh tanah untuk menumbuhkan tanam-tanaman maka tumbuhlah tanam-tanaman, sehingga kembalilah para penggembala dengan ternak yang segar bugar, teteknya penuh dengan air susu serta ternak itu gemuk-gemuk. Kemudian ia datang kepada suatu kaum dan mengajak mereka tetapi mereka menolak ajakannya itu dan ia pergi meninggalkan mereka, kemudian keadaan mereka sangat menyedihkan karena tiada sedikitpun harta kekayaan mereka. Ia berjalan melewati daerah yang kosong dan berkata kepadanya: "Keluarkanlah simpananmu"; maka simpanan kekayaan daerah itu mengiringi Dajjal sebagaimana raja lebah yang diiringi oleh pasukan lebah. Kemudian ia memanggil seseorang yang masih sangat muda dan dipenggalnya dengan pedang, dipotong menjadi dua lalu dibuang sejauh mungkin kemudian Dajjal memanggilnya dan pemuda yang dipenggal itu datang dengan muka yang berseri-seri sambil tertawa. Dalam keadaan yang seperti itu tiba-tiba Allah ta'ala mengutus Al Masih ('Isa) bin Maryam SAW dimana beliau turun pada menara putih disebelah timur Damaskus, turun dengan meletakkan kedua telapak tangannya pada sayap kedua malaikat. Bila beliau menundukkan kepala maka beliau meneteskan air mata dan bila beliau mengangkatnya maka mengalirlah butiran yang seperti mutiara. Tiada seorang kafir pun yang membau-bau nafasnya melainkan ia pasti meninggal dunia, dan nafasnya itu sampai pada batas pandangannya. Beliau mencari Dajjal sehingga ditemukannya di Bab Lud (nama sebuah daerah di Palestina), lantas beliau membunuhnya. Kemudian 'Isa SAW datang pada suatu kaum yang telah dipelihara oleh Allah dari gangguan Dajjal, beliau lantas mengusap muka mereka dan menceritakan derajat mereka didalam surga. Dalam keadaan yang demikian itu, tiba-tiba Allah ta'ala memberi wahyu kepada Isa SAW: "Sesungguhnya Aku telah mendatangkan makhluk kepada hamba-Ku, yang tiada seorang pun dapat memerangi mereka maka ungsikanlah hamba-Ku ke bukit Thur". Allah mendatangkan Ya'juj dan Ma'juj, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi. Rombongan yang pertama diantara mereka berjalan melewati danau Thabariyah dan meminum semua air yang berada di danau itu sehingga rombongan yang terakhir berkata: "Tadi disini penuh dengan air". Nabi Allah 'Isa SAW beserta para sahabat terkepung sehingga nilai kepala lembu bagi seseorang diantara mereka itu lebih berharga daripada seratus dinar bagi seseorang diantara kamu sekalian waktu sekarang ini". Nabi Allah 'Isa SAW beserta para sahabatnya RA merasa sangat benci kepada Ya'juj dan Ma'juj, serta mereka berdo'a kepada Allah ta'ala; Allah ta'ala lantas mendatangkan penyakit kepada Ya'juj dan Ma'juj sehingga mereka mati serentak, kemudian Nabi Allah 'Isa SAW beserta para sahabatnya RA turun-dari bukit- kebumi, mereka tidak mendapatkan sejengkal tempat pun dipermukaan bumi ini melainkan sudah penuh dengan bangkai dan bau busuk, maka Nabi Allah 'Isa SAW beserta para sahabatnya berdo'a kepada Allah, kemudian Allah ta'ala mengutus burung yang seperti leher unta lantas mengambil dan membuang bangkai-bangkai Ya'juj dan Ma'juj pada tempat yang dikehendaki oleh Allah, kemudian Allah 'azza wajalla menurunkan hujan lebat sampai menggenangi rumah dan tempat (sarang) binatang untuk mencuci bumi sehingga bumi ini sangat bersih seperti batu yang licin, kemudian diperintahkan kepada bumi: "Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan keluarkanlah barakahmu", maka waktu itu orang-orang cukup makan delima dan bernaung dengan kulitnya serta diberi berkah dalam susu sehingga air susu satu unta cukup untuk beberapa kelompok manusia, air susu satu sapi cukup untuk satu suku bangsa, dan air susu satu kambing cukup untuk beberapa orang. Sewaktu mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah ta'ala mengutus angin segar yang masuk lewat bawah ketiak mereka serta mencabut roh setiap orang mukmin dan muslim. Dan orang-orang yang jahat masih tetap hidup di dunia dimana mereka saling berbuat kekacauan seperti keledai, maka pada mereka itulah terjadilah hari kiamat" (HR. Muslim)

CATATAN: Hadits diatas dikutip dari buku terjemah RIYADLUS SHALIHIN jilid II. (Bersambung)


Selasa, 16 Februari 2010


Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Shalat seseorang yang berjamaah itu pahalanya lebih banyak daripada ia shalat sendirian di pasar atau di rumahnya selisih dua puluh derajat lebih. Yang demikian itu karena bila seseorang telah menyempurnakan wudlu'nya kemudian pergi ke masjid yang tiada tujuan lain kecuali untuk shalat dan tiada yang mendorongnya ke masjid kecuali shalat maka setiap ia melangkah satu langkah diangkatlah satu derajat dan diampunilah satu dosa sehingga ia masuk kedalam masjid. Apabila ia berada dalam masjid maka ia dianggap melaksanakan shalat selama ia menunggu saat sembahyang dilaksanakan, dan para malaikat memintakan rakhmat kepada salah seorang diantara kamu sekalian selama ia duduk ditempat yang untuk mengerjakan shalat, dimana para malaikat berdo'a: "Wahai Allah kasihanilah dia, ampunilah dosa-dosanya. Wahai Allah terimalah tobatnya"; selama ia tidak membuat gaduh dan selama ia tidak berhadats didalam masjid" (HR. Bukhari dan Muslim).

Senin, 15 Februari 2010

HUTANG


Bunda Lilis Stanlie 15 Februari jam 13:55 Balas
BISMILAHIR RAHMAANIR RAHIIM.....
Assallamu'alaikum wrb,
Hari ini ada tambahan pengetahuan mengenai utang lho....

1.Dari Abu Hurairah r.a.dari Rasulullah Saw,beliau bersabda:
"Ruh orang mukmin tergantung oleh utangnya,sehingga ia melunasinya " (hadits hasan).
Keterangan: Maksud hadits ini adalah;ruh seorang mukmin itu terkurung disebabkan utangnya yg belum dilunasi.sehingga ruh itu tidak sampai ke tujuan untuk memperoleh kesenangan dan rahmat yg dijanjikan atas kebajikan-kebajikannya."

2.Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a.meriwayatkan bahwa:
Rasulullah Saw bersabda:"Semua dosa seorang syahid akan diampuni,kecuali utang (yg belum dilunasinya).(HR.Muslim).

3.Dari Abu Musa al Asy'ari r.a.,dari Rasulullah Saw ,beliau bersabda:
"Sesungguhnya dosa yg paling besar di sisi Allah sesudah dosa -dosa lainnya yg Allah melarang menghadap-Nya dgn membawa dosa-dosa
itu adalah seorang yg mati dlm keadaan mempunyai utang,sedangkan ia tidak meninggalkan sesuatu yg dapat melunasi utangnya"
(HR.Abu Dawud )

Semoga tulisan ini bermanfaat .

Nara sumber : Hadits-Hadits Pilihan .
Yg telah dihimpun oleh : MAULANA MUHAMMAD YUSUF AL KANDHALAWI.

Wassallam,

By Bun Lilis Stanlie

Minggu, 14 Februari 2010

MAYORITAS WANITA PENGHUNI NERAKA (Bag 2)


2. Durhaka Terhadap Suami

Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :

1. Durhaka dengan ucapan.

2. Durhaka dengan perbuatan.

3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.

Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.

Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.

Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah subhanahu wa ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya. Ingatlah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi serta selain keduanya. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 85)

Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu.

Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.

Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan.

Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan)

Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.

Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.

Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi ingat dan sadarlah bahwa neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini dan tidak mau berpaling darinya semasa ia hidup di dunia.

Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.

3. Tabarruj

Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)

Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya. Yang demikian ini sesuai dengan komentar Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah ketika menjelaskan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut. Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )

Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya :

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (An Nur : 31)

Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 : “Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”

Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita.

Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita. Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga.

Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri.

Wahai saudariku Muslimah … . Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang Islamy yang menyelamatkan kalian dari dosa di dunia ini dan adzab di akhirat kelak.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Al Ahzab : 33)

Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat negeri kita ini.

Saudariku Muslimah … .

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda :

“Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)

Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin.

Wallahu A’lam bish Shawwab.

CATATAN: Tulisan ini hasil karya Sdri. MIFTAKHUN NURUL JANNATIN

WANITA MAYORITAS PENGHUNI NERAKA (bag 1)


“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)

Hadits ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang penduduk Surga yang mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas penduduknya adalah wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang mengantarkan mereka ke dalam neraka dan menjadi mayoritas penduduknya, namun disebutkan dalam hadits lainnya.

Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang , beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Surga dan neraka. Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radliyallahu 'anhum :

“ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda :

“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)

Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya : “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)

Saudariku Muslimah … .

Jika kita melihat keterangan dan hadits di atas dengan seksama, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas penduduknya dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari penghuni Surga.

Saudariku Muslimah … . Hindarilah sebab-sebab ini semoga Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.

1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan hal ini pada sabda beliau di atas tadi. Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana dijelaskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)

Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang menginginkan ridha Allah subhanahu wa ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.

Jika demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka walaupun mereka tidak kekal di dalamnya.

Cukup kiranya istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.

(BERSAMBUNG)



Sabtu, 13 Februari 2010

RENUNGAN HARIAN


Dari Abu Malik Al Harits bin 'Ashim Al Asy'ari RA, Rasulullah SAW bersabda: "Suci adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi atau memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi. Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman, Shabar itu adalah pelita dan Al Qur'an itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu sukai ataupun terhadap apa yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya" (HR. Muslim)



Kamis, 11 Februari 2010

RASULULLAH PUN MENANGIS


Insan Kamil 10 Februari jam 19:09 Balas
Siang itu Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah meninggalkan rumah untuk berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Semenjak menikah dengan Ali, Fatimah tidak lagi tinggal bersama Rasulullah. Maka sebagai pengobat rindu hati Fatimah dan Ali terhadap Rasulullah, mereka selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi sang ayah.

Namun pada kunjungan hari itu mereka mendapati Rasulullah tidak sebagaimana biasanya. Dari luar rumah terdengar suara tangisan Rasulullah yang menyayat hati. Ali dan Fatimah berhamburan masuk ke dalam rumah ingin segera mengetahui apa yang sedang terjadi dengan Rasulullah.

Rasulullah sedang duduk termenung di dalam rumah. Tergurat kesedihan yang amat dalam di wajahnya. Air matanya terus meleleh membasahi kedua pipi yang putih bagaikan pualam. Sesuatu yang besar telah terjadi hingga Rasulullah menangis tiada henti.

“Assalamua’alika Ya Rasulallah… Apa yang telah terjadi…” tanya Ali.
“Wahai ayah, sesuatu apakah yang telah membuat ayah bersedih. Mengapa air mata ayah terus menetes?” sambung Fatimah.

Rasulullah memandang putri dan menantunya, lalu beliau berkata,
“Tadi malam ada seseorang yang mengajakku naik ke langit… Lalu membawaku ke suatu tempat yang sangat mengerikan. Jurang-jurang dalam yang dipenuhi dengan api yang berkobar… Lalu aku melihat orang-orang perempuan dari umatku yang disiksa dengan bermacam-macam siksaan. Begitu dahsyatnya siksaan itu hingga mereka menjerit-jerit kesakitan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis seperti ini”. “Wahai anakku… Diantara siksaan itu, aku melihat perempuan-perempuan yang digantung dengan rambutnya lalu otaknya mendidih”.
“Kemudian aku melihat perempuan-perempuan yang digantung dengan lidahnya, lalu air panas mendidih dituangkan ke tenggorokannya”.
“Di sudut yang lain aku melihat perempuan-perempuan yang diikat kedua kakinya hingga puting payudaranya dan kedua tangannya diikatkan pada ubun-ubunnya, kemudian Allah memerintahkan ular-ular berbisa dan kalajengking untuk menggigit dan menyengat tubuh-tubuh mereka”.
“Tidak hanya itu. Ada lagi perempuan-perempuan yang digantung dengan kedua puting payudaranya”.
“Lalu aku lihat perempuan-perempuan berkepala babi namun tubuh mereka seperti keledai dan telah disiapkan untuk mereka satu juta macam siksaan yang lain”.
“Aku juga melihat perempuan-perempuan yang wajahnya seperti anjing, sedangkan api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya, lalu malaikat memukul mereka dengan palu-palu dari api”.

Rasulullah diam. Sesekali beliau mengusap air mata yang membasahi pipinya. Lalu bertanyalah Fatimah, “Wahai Ayahku tercinta, Apakah yang telah diperbuat oleh perempuan-perempuan itu? Sehingga mereka harus menerima siksaan yang sangat mengerikan itu?”

Rasulullah menjelasakan, “Wahai putriku, perempuan-perempuan yang digantung dengan rambutnya itu adalah perempuan yang tidak mau menutup rambutnya dari laki-laki yang bukan mahram”. Dia malah bangga apabila ada laki-laki yang terpesona dengan keindahan rambutnya sehingga dia enggan mengenakan kerudung atau jilbab.
“Sedangkan perempuan-perempuan yang digantung dengan lidahnya adalah mereka yang mulutnya sering mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati suaminya”. Istri yang seharusnya bertutur kata yang baik, lemah lembut dan santun terhadap suami, ternyata malah sering melontarkan umpatan, celaan, hinaan dan kata-kata yang kasar. Maka itulah pembalasan yang setimpal dengan perbuatannya.

“Lalu perempuan-perempuan yang digantung dengan puting payudaranya itu adalah perempuan yang menyakiti suami di tempat tidur”. Dia suka menolak ajakan suami di tempat tidur dengan tanpa alasan yang jelas.

“Lalu kenapa dengan perempuan-perempuan yang kedua kakinya diikat hingga puting payudaranya dan tangannya sampai ubun-ubun, lalu tubuhnya digerogoti ular dan kalajengking itu Ya Rasulullah…” tanya Fatimah.
“Mereka adalah perempuan yang tidak mau segera mandi junub setelah suci dari haid dan suka melalaikan shalat” jawab Rasulullah

“Bagaimana dengan perempuan-perempuan yang berkepala babi dan bertubuh keledai? Kesalahan apa yang telah mereka lakukan?” tanya Fatimah.
“Wahai Fatimah, mereka adalah perempuan yang suka mengadu domba dan suka berbuat dusta”. Dia sebarkan berita-berita dusta untuk mengadu domba manusia.
“Sedangkan perempuan-perempuan yang yang bertubuh seperti seekor anjing, lalu api dimasukkan ke mulutnya dan keluar melalui duburnya adalah perempuan yang suka mengungkit ungkit pemberian dan suka dengki terhadap kenikmatan yang orang lain” jelas Rasulullah.

Fatimah dan Ali tertegun mendengar cerita yang merupakan kejadian nyata yang dilihat oleh Rasulullah dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Allah sengaja menunjukkan kejadian-kejadian itu kepada rasulNya agar menjadi peringatan bagi seluruh umat, khususnya orang-orang yang beriman.

Di akhir cerita Rasulullah berpesan kepada Fatimah, “Wahai anak perempuanku.. Celaka bagi seorang istri yang menentang pada suaminya” Hadits Riwayat Az Zawajir