Rabu, 31 Maret 2010

KEUTAMAAN SHALAT SHUBUH DAN ISYA' BERJAMA'AH


Dari 'Utsman bin 'Affan ra. berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang shalat Isya' dengan berjama'ah maka seakan-akan ia mengerjakan shalat setengah malam, dan barangsiapa yang shalat Shubuh dengan berjama'ah maka seakan-akan ia mengerjakan shalat semalan suntuk" (HR. Muslim).

Dalam riwayat At-Turmudzy dari 'Utsman ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dengan berjamaah maka ia dianggap mengerjakan shalat setengah malam, dan barangsiapa yang shalat Isya' dan Shubuh dengan berjama'ah maka ia dianggap mengerjakan shalat semalam suntuk" (HR. At-Turmudzy).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Seandainya manusia mengetahui keutamaan shalat Isya' dan Shubuh dengan berjama'ah niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi dari shalat Shubuh dan Isya'. Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada kedua shalat itu niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak" (HR. Bukhari dan Muslim).


Rabu, 24 Maret 2010

KEUTAMAAN SHALAT JAMA'AH


Dari Ibnu 'Umar ra., Rasulullah SAW bersabda: "Shalat jama'ah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Shalat seseorang dengan berjama'ah itu dilipatkan dua puluh tujuh kali atas shalat yang dikerjakan di rumah atau di pasar. Yang demikian itu karena bila seseorang wudlu' dan menyempurnakan wudlu'nya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan khusus untuk shalat maka setiap kali ia melangkahkan kaki, diangkatlah satu derajat dan dihapuslah satu dosa. Dan bila ia mengerjakan shalat maka malaikat selalu memohonkan rahmat kepadanya selama ia berada pada tempat yang untuk shalat itu, selama ia tidak berhadats; dimana malaikat berdo'a: Allaahumma shalli 'alaihi, Allaahummarhamhu; dan ia selalu dianggap mengerjakan shalat selama ia menantikan shalat" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra. berkata: "Ada seorang buta datang kepada Nabi SAW dan berkata: "Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang menuntun saya untuk datang ke masjid"; kemudian ia minta dispensasi kepada beliau agar diperkenankan shalat di rumahnya, maka beliau pun mengijinkannya; tetapi ketika ia bangkit untuk pulang, beliau bertanya kepadanya: "Apakah kamu mendengar panggilan untuk shalat (adzan) ?" Ia menjawab: "Ya". Beliau bersabda: "Kamu harus datang ke masjid" (HR. Muslim).

Dari Abdullah, ada yang memanggilnya dengan 'Amr bin Qais yang terkenal dengan Ibnu Ummi Maktum yang muadzdzin ra. bahwasannya ia berkata: "Wahai Rasulullah sesungguhnya di kota Madinah ini banyak hal-hal yang membahayakan dan binatang buas". Rasulullah SAW bersabda: "Bila kamu mendengar: Hayya 'alash shalah hayya 'alal falah, maka kamu harus mendatanginya". (HR. Abu Daud).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku bermaksud untuk menyuruh orang mengumpulkan kayu bakar kemudian aku menyuruh orang untuk beradzan lantas menyuruh pula seseorang untuk mengimami orang banyak, kemudian aku akan pergi kepada orang-orang yang tidak berjama'ah lantas aku bakar rumah-rumah mereka" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: "Barang siapa yang ingin bertemu dengan Allah Ta'ala sebagai seorang muslim maka ia harus benar-benar menjaga shalat-shalat ketika terdengar suara adzan. Sesungguhnya Allah telah mensya'riatkan kepada Nabi kita SAW sunanul huda (tuntunan-tuntunan yang penuh petunjuk) dan sesungguhnya shalat jama'ah itu termasuk sunanul huda. Seandainya kamu sekalian shalat di rumahmu sebagaimana kebiasaan orang yang tidak suka berjama'ah niscaya kamu sekalian meninggalkan sunnah Nabi, dan seandainya kamu sekalian meninggalkan sunnah Nabi niscaya kamu tersesat. Sungguh pada masa Nabi tiada seorang pun tertinggal dari shalat jama'ah kecuali orang munafik yang jelas-jelas munafik. Dan pernah terjadi ada seseorang didukung oleh dua orang sehingga ia bisa berdiri pada sesuatu shaf" (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan, bahwasannya Rasulullah SAW telah mengajarkan sunanul huda yakni shalat di masjid yang terdengar adzannya".

Dari Abud Darda' ra. berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Apabila disuatu desa atau kampung terdapat tiga orang dan disitu tidak diadakan shalat jama'ah niscaya mereka telah dijajah oleh syetan. Oleh karena itu hendaklah kamu sekalian selalu mengerjakan shalat dengan berjama'ah sebab serigala itu hanya akan menerkam kambing yang terpencil" (HR. Abu Daud).

CATATAN : Kumpulan hadist ini dikutip dari kitab terjemah Riyadlus Shalihin jilid II.



Rabu, 17 Maret 2010

PERINTAH UNTUK MENJAGA SHALAT FARDLU DAN ANCAMAN TERHADAP YANG MENINGGALKANNYA


Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW: "Apakah amal perbuatan yang paling utama ?". Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya". Saya bertanya: "Kemudian apa ?". Beliau menjawab: "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi: "Kemudian apa ?". Beliau menjawab: "Berjuang pada jalan Allah" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu 'Umar ra., Rasulullah SAW bersabda: "Islam itu didirikan atas lima sendi yaitu: menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah, dan berpuasa pada bulan Ramadhan" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu 'Umar ra., Rasulullah SAW bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah mengerjakan itu semua maka terjagalah darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam; dan perhitungan amal mereka terserah Allah" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Mu'adz ra. berkata: "Rasulullah SAW mengutus saya ke Yaman dan bersabda: "Sesungguhnya kamu akan datang kepada orang-orang ahli kitab maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Apabila mereka telah mentaati kamu dalam hal yang demikian itu maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah Ta'ala mewajibkan mereka untuk mengerjakan shalat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah mentaati kamu dalam hal yang demikian itu maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah Ta'ala mewajibkan mereka untuk shadakah (zakat) yang dipungut dari orang-orang kaya kemudian diberikan kepada orang-orang miskin. Apabila mereka telah mentaati kamu dalam hal yang demikian itu maka peliharalah kehormatan dan harta mereka. Takutlah kamu terhadap do'a orang yang teraniaya karena tidak ada tirai antara do'a itu dengan Allah" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Jabir ra. berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya meninggalkan shalat adalah merupakan batas yang menentukan antara seseorang dengan syirik dan kufur" (HR. Muslim).

Dari Buraidah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Ikatan janji diantara kami (ummat Islam) dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Maka barang siapa yang meninggalkan shalat, berarti ia telah kafir" (HR. At-Turmudzy).

Dari Syaqiq bin 'Abdullah At Tabi'y yang telah disepakati mempunyai kelebihan rahimahullah berkata: "Para shahabat Nabi Muhammad SAW tidak ada yang berpendapat tentang sesuatu perbuatan yang apabila ditinggalkan menjadi kafir kecuali shalat" (Riwayat At-Turmudzy).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya mula pertama yang dihisab pada seseorang nanti dihari kiamat dari segala amal perbuatannya adalah shalat. Apabila shalatnya bagus (sempurna) maka berbahagia dan beruntunglah ia; tetapi apabila shalatnya rusak (tidak sempurna) maka menyesal dan rugilah ia. Apabila didalam shalat fardlunya itu terdapat sesuatu kekurangan maka Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: "Lihatlah, apakah hamba-Ku ini melakukan shalat sunnah sehingga kekurangan shalat fardlunya bisa disempurnakan dengannya". Kemudian setelah dihisab shalat itu barulah dihisab amal-amal perbuatan yang lain" (HR. At-Turmudzy).

Hadist-hadist diatas dikutip dari buku: Terjemah Riyadlus Shalihin jilid II.






Senin, 15 Maret 2010

KISAH HIKMAH: HANYA KARENA SEBUTIR KURMA


KISAH HIKMAH : HANYA KARENA SEBUTIR KURMA...
Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil 'Aqsa. Sebagai bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al 'Aqsa.

4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al 'Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua malaikat tentang dirinya.

“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.

“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Mesjidil Haram,” jawab malaikat yang satu lagi..

Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, do'anya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

“Astaghfirullahal adzhim” Ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?” tanya Ibrahim.

“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.

“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”. Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat.

“Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita,

“Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.

“Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”

“Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu.”

Setelah menerima alamat, ibrahim bin Adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. “Itulah ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”

“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu.. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”



Minggu, 14 Maret 2010

KISAH TUKANG CUKUR PERGI HAJI


Motto: Jika Allah berkehendak tidak ada sesuatu yang mustahil dan tidak terbayang oleh akal manusia bisa terwujud.

Alkisah ada seorang bapak tua yang kerja sehari-harinya sebagai tukang cukur dipinggir jalan. Dalam kehidupan sehari-harinya dia sangat sederhana. Dua orang anaknya telah berumah tangga dan sudah memisahkan diri, tidak serumah lagi dengan bapaknya. Istrinya telah meninggal, dia menduda dan tidak berkehendak untuk menikah lagi karena usianya merasa sudah tua. Bapak ini termasuk orang yang shaleh, apa yang menjadi kewajiban/perintah dalam agama dia laksanakan dan apa yang dilarang dia hindari. Bukan hanya yang wajib-wajib saja dia laksanakan, yang sunah-sunah pun banyak yang dia kerjakan. Dalam perintah-perintah wajib yang dia laksanakan, ada suatu keinginan/cita-cita yang ingin dia laksanakan, yaitu menunaikan ibadah haji. Dengan niat dan tekad yang kuat, dia berusaha menyisihkan sedikit tabungan buat bisa melaksanakan ibadah haji. Dia berkeyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Maha Segalanya. Jika Allah berkehendak tidak ada sesuatu yang mustahil bisa terlaksana.

Dalam pekerjaan sehari-hari sebagai tukang cukur, dia termasuk orang yang ramah dan sabar. Banyak yang dicukur dia merasa puas dan nyaman. Dia tidak segan-segan untuk mengajak bicara/menyapa para pelanggannya. Satu point yang menjadi kelebihan dia dalam mencukur yaitu setiap selesai dengan tugasnya dia selalu memberi ekstra dengan memijat pelanggannya. Banyak yang merasa puas dengan pekerjaannya terutama kaum bapak-bapak tentunya. Soal bayaran dia tidak mematok harga yang tinggi, wajar-wajar saja sesuai dengan kelas tukang cukur dipinggir jalan.

Dalam keseharian bapak ini hidup bermasyarakat; shalat di masjid, menjalin silaturakhmi dan baik terhadap tetangga. Jika ada tetangganya yang pergi haji, dia selalu berusaha untuk menyempatkan diri buat silaturakhmi dan minta dido'akan disana agar bisa pergi haji juga. Do'a utama yang dia panjatkan tentu kepada Allah SWT. Bagi orang yang sinis dalam hati mencibir: "Emang lu punya duit berapa sih, macam-macam aja jadi tukang cukur pengen ke haji segala".

Tahun berganti tahun, kehidupan bapak ini kelihatannya monoton saja, sehari-hari pekerjaannya tetap sebagai tukang cukur dipinggir jalan. Tabungannya terus bertambah walau dengan nilai nominal yang kecil, tetapi dia tidak pernah berputus harapan dengan niat dan do'a nya buat pergi melaksanakan ibadah haji.
Sampai pada suatu hari, didepan dia biasa mencukur berhentilah sebuah mobil yang mewah. Dari dalam mobil itu keluar lelaki separuh baya yang dari penampilannya kelihatan sebagai orang berada.
"Pak tolong minta dicukur yang rapi" katanya
"Kok tumben bapak yang yang keren begini mau dicukur ditempat saya" kata si tukang cukur.
"Saya sudah dengar bapak ini cukurannya rapi dan pijatannya enak. Saya ingin mencoba dicukur disini dan merasakan juga pijatan bapak. Kalau bisa saya minta dipijat yang lama ya pak, biar nanti saya kasih bayarannya yang lebih".
Karena keramahan si tukang cukur ini, si bapak yang kaya ini merasa puas dan nyaman, apalagi si bapak kaya ini suka bicara dan ramah juga.
"Kalau boleh tahu, bapak ini dinas dimana ?. Rasa-rasanya baru kali ini saya berjumpa dengan bapak" kata si tukang cukur.
"Saya wiraswasta, tempat tinggal saya tidak jauh dari sini. Saya tinggal di jalan X. Saya dengar dari supir saya kalau bapak ini juga termasuk orang yang shaleh"
"Ah...biasa saja tuan" kata si tukang cukur merendah.
"O ya begini, insya Allah tahun depan saya akan melaksanakan ibadah haji bersama istri saya"
"Alhamdulillah...Semoga menjadi haji yang mabrur" kata si tukang cukur.
"Ada keinginan saya untuk mengajak bapak turut serta. Mungkin disana nanti saya perlu tukang pijat dan saya berharap sewaktu-waktu bapak mau melayani saya buat memijat".
Bukan main kagetnya si tukang cukur mendengar ajakan untuk pergi ber haji. Tentu saja ajakan ini tidak ditolak dan dia tidak lupa untuk bersujud syukur atas karunia ini.

Jika Allah berkehendak, tidak ada sesuatu yang mustahil menurut logika dan akal bisa terwujud. Allah adalah Maha Segala. Allah Maha Kuasa untuk berkehendak. Allahu Akbar !

CATATAN:
Kisah ini merupakan kisah nyata dari teman saya yang satu rombongan dengan mereka waktu melaksanakan ibadah haji. Uraiannya merupakan improvisasi saya sendiri untuk menjadi suatu cerita. Mudah-mudahan cerita ini dapat memotivasi anda untuk bisa juga melaksanakan ibadah haji. Amin.

WAHAI RABB YANG MAHA KAYA, LIMPAHKANLAH REJEKI DAN KEMAMPUAN KEPADAKU SEHINGGA AKU DAPAT SEGERA MENUNAIKAN PERINTAH-MU UNTUK BERHAJI KETANAH SUCI. KARUNIAKAN PULA KEPADAKU ILMU, SEHINGGA AKU DAPAT BERHAJI SESUAI TUNTUNAN RASUL-MU. SESUNGGUHNYA KAMI MENYADARI, TIDAK ADA DAYA UPAYA DAN KEKUATAN KECUALI ATAS PERTOLONGAN-MU

Rabu, 10 Maret 2010

KEUTAMAAN SHALAT SHUBUH DAN 'ASHAR


Dari Abu Musa ra., Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang mengerjakan shalat shubuh dan shalat 'ashar niscaya masuk surga" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Zuhair 'Umarah bin Ruwaibah ra. berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk neraka seseorang yang mengerjakan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maksudnya shalat shubuh dan shalat 'ashar" (HR. Muslim).

Dari Jundub bin Sufyan ra., Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang mengerjakan shalat shubuh maka ia berada dalam jaminan Allah, oleh karena itu perhatikanlah wahai putra Adam jangan sampai Allah menuntut kamu karena jaminan-Nya itu terganggu" (HR. Muslim).

Dari Buraidah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang meninggalkan shalat 'ashar maka terhapuslah amal kebaikannya" (HR. Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat penjaga siang dan penjaga malam itu silih bergati. Mereka berkumpul dalam waktu shalat shubuh dan waktu shalat 'ashar. Kemudian malaikat yang bertugas pada waktu malam naik dan ditanya oleh Allah tentang keadaan manusia padahal sebenarnya Allah lebih tahu tentang keadaan manusia: "Bagaimana hamba-Ku ketika kamu tinggalkan ?". Para malaikat menjawab: "Sewaktu kami meninggalkan mereka, mereka sedang shalat; dan waktu kami datang kepada mereka, mereka juga sedang shalat" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Jabir bin 'Abdullah Al Bajaly ra. berkata: "Kami berada didekat Nabi SAW, kemudian beliau melihat bulan pada malam purnama, lantas bersabda: "Sesungguhnya kamu sekalian akan melihat Tuhan sebagaimana kamu melihat bulan pada malam purnama ini dimana kamu tidak akan silau didalam melihat-Nya. Oleh karena itu kalau kamu mampu untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya maka kerjakanlah shalat itu" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: "Beliau melihat bulan pada malam tanggal empat belas".

Selasa, 09 Maret 2010

http://cintamajelis.blogspot.com/

http://cintamajelis.blogspot.com/

Jumat, 05 Maret 2010

http://www.radiomuadz.com/category/sesatnya-syiah/

http://www.radiomuadz.com/category/sesatnya-syiah/

Rabu, 03 Maret 2010

TAUBAT (Bag. 5)


Dari Zirr bin Hubaisy, ia berkata: "Saya datang kepada Shafwan bin 'Assal ra. untuk menanyakan tentang mengusap kedua sepatu, kemudian dia bertanya: "Ada apa kamu datang kesini wahai Zirr ?". Saya menjawab: "Untuk mencari ilmu". Ia berkata: "Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya bagi orang yang mencari ilmu karena senang terhadap apa yang dicarinya". Saya berkata: "Bahwasannya saya masih belum jelas betul tentang cara mengusap kedua sepatu sesudah berak dan kencing, sedangkan engkau adalah salah seorang diantara sahabat-sahabat Nabi SAW maka saya datang kesini untuk menanyakan kepadamu, apakah engkau pernah mendengar beliau menjelaskan masalah itu ?". Ia menjawab: "Betul, beliau menyuruh kami bila dalam perjalanan atau dalam bepergian supaya tidak melepas sepatu selama tiga hari tiga malam kecuali karena janabah; tetapi kalau hanya berak, kencing atau tidur tidak perlu dilepas".
Saya bertanya lagi: "Apakah engkau pernah mendengar beliau menceritakan tentang cinta ?". Ia menjawab: "Betul, kami pernah bersama-sama dengan Rasulullah SAW dalam salah satu perjalanan kemudian tiba-tiba ada seorang Badui memanggil dengan suara keras: "Wahai Muhammad", maka Rasulullah SAW menjawabnya dengan suara keras juga menyerupai suaranya: "Haum". Maka saya berkata kepada orang Badui itu : "Coba rendahkanlah suaramu itu karena engkau berhadapan dengan Nabi SAW dan engkau benar-benar dilarang berkata seperti itu". Orang Badui itu berkata: "Demi Allah, saya tidak bisa merendahkan suara".
Dan orang Badui itu berkata lagi : "Bagaimana seseorang mencintai sekelompok orang, tetapi ia tidak boleh berkumpul bersamanya ?". Nabi SAW lantas bersabda: "Seseorang itu akan bersama-sama orang yang dicintainya nanti pada hari kiamat".
Beliau selalu bercerita kepada kami sampai akhirnya beliau menceritakan tentang sebuah pintu yang berada disebelah barat dimana pintu itu sangat lebar sekali atau seandainya seseorang akan berjalan pada pintu itu maka ia akan berjalan selama 40 atau 70 tahun lamanya". Sufyan, salah seorang perawi dari daerah Syria mengatakan bahwa Allah Ta'ala menciptakan pintu itu bersamaan dengan Ia menciptakan langit dan bumi; pintu itu senantiasa terbuka untuk menerima taubat, tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari arah barat (sebelum hari kiamat) (HR. At-Turmudzy dan yang lain. Ia mengatakan: Hadist Hasan Shahih).


TAUBAT (Bag. 4)


Dari Abu Nujaid 'Imran bin Hushain Al Khuza'i ra., bahwasannya ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah SAW sedangkan ia sedang hamil karena berzina dan berkata: "Wahai Rasulullah saya telah tertimpa kesalahan yang mana saya harus di had (didera) maka laksanakanlah had itu pada diri saya". Kemudian Nabi SAW memanggil walinya seraya bersabda: "Perlakukanlah baik-baik wanita ini dan apabila sudah melahirkan maka bawalah kemari". Maka dilaksanakanlah oleh walinya; dimana setelah wanita itu melahirkan dibawa kehadapan Rasulullah maka Nabiyullah SAW memerintahkan untuk mendera wanita itu maka diikatkanlah pakaiannya dan dideralah ia. Setelah ia mati maka Rasulullah menshalatkannya. Kemudian 'Umar berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah kenapa tuan menshalatkan wanita itu padahal ia telah berzina ?". Beliau menjawab: "Wanita itu telah benar-benar taubat, yang seandainya taubat itu dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah niscaya masih cukup. Apakah kamu pernah mendapatkan orang yang lebih utama dari seseorang yang telah menyerahkan dirinya bulat-bulat kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung ?". (HR. Muslim).



Senin, 01 Maret 2010

TAUBAT (Bag. 3)


Dari 'Abdullah bin Ka'b bin Malik, dia adalah panglima Ka'b ra., dari anaknya ketika ia buta, dimana dia berkata: "Saya mendengar Ka'b bin Malik ra. menceritakan tentang peristiwa tertinggalnya dari Rasulullah SAW dalam peperangan Tabuk, dimana Ka'b berkata: "Saya tidak pernah tertinggal dari Rasulullah SAW dalam satu peperangan pun kecuali dalam peperangan Tabuk hanya saja saya tertinggal dalam peperangan Badr, namun tidak ada seorang pun yang disalahkan waktu tertinggal dalam perang Badr karena Rasulullah SAW keluar hanya untuk menghadang kafilah Quraisy namun Allah Ta'ala mempertemukan mereka dengan musuhnya tanpa terduga sebelumnya. Saya telah menyaksikan bersama-sama dengan Rasulullah SAW pada malam 'Aqabah ketika kami berba'iat untuk masuk islam, dan saya tidak senang kalau malam 'Aqabah itu dipersamakan dengan seperti perang Badr walaupun perang Badr itu banyak disebut-sebut orang.

Kemudian cerita tentang ketertinggalanku dari Rasulullah SAW dalam perang Tabuk yaitu bahwasannya saya belum pernah merasa lebih kuat dan lebih mampu sebagaimana keadaan saya sewaktu tertinggal (tidak ikut) dalam perang Tabuk. Demi Allah, sebelumnya saya tidak pernah menyediakan dua kendaraan untuk berperang kecuali menjelang peperangan Tabuk itu; dan sudah menjadi kebiasaan Rasulullah SAW bila akan berperang beliau menyamarkan dengan tujuan lain. Namun didalam perang Tabuk ini Rasulullah SAW tidak menyamar-nyamarkannya karena Rasulullah SAW akan berperang dalam musim yang sangat panas dan akan menempuh perjalanan yang sangat jauh serta akan menghadapi musuh yang sangat besar. Oleh karenanya Rasulullah SAW menekankan perintahnya kepada kaum muslimin untuk benar-benar siap dan bersungguh-sungguh didalam mereka berperang. Beliau menjelaskan kepada mereka tujuan yang sebenarnya. Kaum muslimin yang mengikuti Rasulullah SAW didalam peperangan itu sangat banyak sehingga tidak ada seorang penulis pun yang berkeinginan untuk mencatat nama-nama mereka. Ka'b mengatakan, seandainya seseorang berkehendak untuk tidak ikut dalam peperangan itu ia pasti akan mengira bahwa hal itu tidak akan diketahui selama tidak ada wahyu dari Allah Ta'ala yang menjelaskan hal itu.

Rasulullah SAW melaksanakan perang Tabuk itu pada musim buah, sedang saya sebenarnya lebih cenderung untuk mengikuti perang itu. Rasulullah SAW bersama kaum muslimin telah bersiap-siap dan saya merencanakan esoknya saja, kemudian saya pulang tetapi saya belum juga mempersiapkan diri sama sekali serta saya berkata dalam hati: "Saya mampu untuk ikut berperang kapan pun saya berkehendak". Akan tetapi keadaan semacam itu terus berlarut-larut sehingga Rasulullah SAW bersama kaum muslimin sudah siap untuk berangkat, tetapi saya belum juga mempersiapkan diri. Hal yang demikian itu berlarut-larut terus sehingga berangkatlah pasukan yang berperang itu; dan saya masih punya pendirian bahwa saya masih bisa mengejar pasukan itu. Tetapi alangkah celakanya diri saya karena berbuat seperti itu, kemudian saya tidak bisa mengikuti peperangan itu. Setelah Rasulullah SAW berangkat perang saya merasa sedih sekali kalau keluar tidak mendapatkan seorang pun diantara kaum muslimin, saya hanya mendapatkan orang-orang yang munafik, atau orang-orang lemah yang memang diberi kemurahan oleh Allah Ta'ala. Rasulullah SAW tidak menyebut-nyebut nama saya sehingga sampai di Tabuk. Sewaktu di Tabuk dan beliau sedang duduk-duduk bersama dengan kaum muslimin beliau bertanya: "Apa yang diperbuat oleh Ka'b bin Malik ?". Seorang laki-laki dari Bani Salamah berkata: "Wahai Rasulullah, dia terhalang oleh kain mantelnya dan dia hanya melihat-lihat kain mantelnya itu". Kemudia Mu'adz bin Jabal ra. berkata kepada orang laki-laki dari Bani Salamah: "Jahat apa yang kau katakan. Demi Allah, wahai Rasulullah kami tidak mengenal Ka'b bin Malik kecuali selalu berbuat baik". Rasulullah lantas terdiam, kemudian tiba-tiba terlihatlah bayang-bayang seorang laki-laki yang tidak begitu jelas karena terpengaruh adanya fatamorgana, maka Rasulullah SAW bersabda: "Itu adalah Abu Khaitsamah". Benarlah apa yang disabdakan oleh beliau dimana yang datang adalah Abu Khaitsamah Al Anshary yaitu seseorang yang pernah bershadakah satu sha' (sekitar 2 1/2 kg) korma sewaktu dicela oleh orang-orang munafik. Ka'b berkata lagi: "Setelah ada berita bahwa Rasulullah SAW telah datang dari Tabuk maka datanglah kesedihanku dan saya hampir saja berdusta untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku karena saya ingin menghindari kemurkaan beliau dan saya sudah berusaha untuk meminta pendapat seluruh keluargaku dalam mencari alasan. Setelah ada yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah benar-benar datang maka hilanglah segala kebhatilanku (dimana saya akan berdusta) karena saya yakin bahwa saya pasti tidak akan selamat selama-lamanya maka bagaimana pun juga saya harus mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Pada pagi hari Rasulullah SAW datang, dan sudah menjadi kebiasaan bila beliau datang dari bepergian beliau shalat dua raka'at di masjid kemudian duduk berbincang-bincang dengan ummat. Pada saat itu datanglah orang-orang yang tidak ikut berperang untuk mengajukan alasan-alasan dan jumlahnya ada 80 orang lebih serta mereka mengucapkan sumpah, maka diterimalah alasan-alasan mereka dan beliau memohonkan ampun buat mereka dan masalah bathin mereka beliau serahkan kepada Allah Ta'ala. Sewaktu saya menghadap beliau dan mengucapkan salam beliau senyum sinis seraya bersabda: "Mari kesini". saya pun datang mendekati sehingga saya duduk dihadapan beliau, beliau lantas bersabda kepada saya: "Apa yang menyebabkan kamu tidak ikut, bukankah kamu telah mempersiapkan kendaraan ?". Saya menjawab: "Wahai Rasulullah, demi Allah seandainya saya duduk-duduk dihadapan penduduk dunia ini tetapi bukan tuan yang saya hadapi niscaya saya dapat mengemukakan untuk menyelamatkan diri saya dari kemurkaannya, karena saya cukup bisa berdebat, tetapi demi Allah saya yakin seandainya saya berdusta kepada tuan yang mungkin tuan meridhoi dan menerima alasan saya namun nanti Allah akan memurkai saya lewat tuan, dan senadainya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku niscaya tuan akan menyayangkan diriku, tapi saya tetap mengharapkan kemaafan dari Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung. demi Allah, sesungguhnya tidak ada alasan bagi saya; dan demi Allah sesungguhnya saya merasa sangat kuat dan sangat mampu sewaktu saya tidak ikut perang bersama tuan". Rasulullah SAW bersabda: "Apa yang kamu katakan adalah suatu kejujuran; pergilah kamu dan tunggulah keputusan Allah tentang dirimu".

Sewaktu saya pergi diikuti oleh orang-orang Bani Salimah seraya berkata: "Demi Allah kami belum pernah mengetahui kamu berbuat kesalahan sebelum ini, kenapa kamu tidak minta maaf saja kepada Rasulullah SAW sebagaimana orang-orang lain yang tidak ikut berperang juga meminta maaf dengan mengajukan alasan. Kalau Rasulullah SAW sudah memberi ampun kepada kamu niscaya kesalahanmu akan diampuni". Ka'b bin Malik berkata: "Demi Allah, mereka selalu menyalahkan sikapku sehingga saya akan bermaksud untuk kembali kepada Rasulullah SAW dan akan mendustakan diriku sendiri; tetapi kemudian saya bertanya kepada orang-orang Bani Salimah: "Apakah ada seseorang yang menerima keputusan seperti saya ini ?". Mereka menjawab: "Ya, ada dua orang yang mengatakan seperti apa yang kamu katakan dan keduanya itu mendapatkan keputusan seperti keputusan yang diberikan padamu". Saya bertanya: "Siapakah kedua orang itu ?". Mereka menjawab: "Murarah bin Rabi'ah Al 'Amiry dan Hilal bin Umayyah Al Waqify".
Ka'b bin Malik berkata: "Ketika menyebutkan nama dua orang yang shalih yang keduanya itu ikut perang Badr kepada saya maka saya merasa agak tenang karena keduanya adalah merupakan teladan pada perang Badr. Rasulullah SAW melarang para sahabat untuk berkata-kata dengan salah seorang diantara kami bertiga yang tidak ikut perang Tabuk. Maka orang-orang menjauhi kami sehingga seolah-olah saya sangat terasing dan rasa-rasanya tidak betah lagi hidup di dunia ini. Kami bertiga dikucilkan selama 50 hari. Adapun kedua teman saya mereka tetap tinggal di rumah dan menangis terus menerus. Saya adalah yang termuda dan terkuat diantara ketiga orang itu. Saya tetap keluar dan ikut shalat bersama-sama kaum muslimin serta mondar-mandir ke pasar juga; akan tetapi tidak pernah ada seorang pun yang menyapa saya. Bahkan pernah saya mendekat Rasulullah SAW dan memberi salam kepada beliau dimana waktu itu beliau sedang duduk sehabis shalat, dalam hati kecilku timbul pertanyaan apakah beliau berkenan membalas salam saya atau tidak. Kemudian saya langsung shalat didepan beliau sambil melirik, ketika saya sedang shalat itu beliau memandang diriku dan bila saya meliriknya beliau membuang muka. Peristiwa yang demikian itu dimana kaum muslimin mengucilkan diriku maka pada suatu sore saya menaiki dinding rumah Abu Qatadah, dia adalah saudara sepupu saya dan dia adalah orang yang paling saya senangi. Kemudian saya mengucapkan salam kepadanya tetapi demi Allah dia tidak membalas salam saya itu, lantas saya berkata kepadanya: "Wahai Abu Qatadah demi Allah saya ingin mendengar jawabanmu apakah kamu mengetahui bahwa saya tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW ?". Abu Qatadah tidak mau menjawabnya juga maka saya duduk. Kemudian saya bertanya lagi kepadanya tetapi dia tidak mau menjawabnya juga, kemudian saya duduk kembali dan saya bertanya lagi tetapi dia tetap tidak mau menjawabnya juga. Tetapi akhirnya dia menjawab juga yaitu dengan ucapan: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui". Maka mengucurlah air mataku dan saya segera kembali yaitu dengan naik dinding rumah Abu Qatadah.

Pernah suatu ketika saya berjalan-jalan di pasar, tiba-tiba ada seorang petani dari negeri Syam yang biasa menjual makanan di kota Madinah bertanya: "Siapakah yang mau menunjukkan Ka'b bin Malik kepada saya ?". Maka orang-orang menunjuk diriku, lalu orang itu datang kepadaku dengan memberikan sepucuk surat dari raja Ghassan, waktu itu saya sudah bisa menulis dan membaca kemudian saya baca surat itu dan isinya antara lain: "Selanjutnya ingin saya sampaikan bahwa saya mendengar bahwa kawan-kawanmu sedang mengucilkan dirimu sedang Allah tidaklah menjadikan dirimu itu seseorang yang hina dan bukanlah orang yang pantas disia-siakan, oleh karena itu saya benar-benar bersedia memberi bantuan kepadamu". Setelah selesai membaca surat itu saya berkata: "Wah ini ada ujian baru lagi", kemudian saya bermaksud untuk melemparkan surat tadi ketengah-tengah api.

Setelah sampai pada hari keempat puluh dimana saya dikucilkan selama lima puluh hari dan belum juga turun wahyu kemudian Rasulullah SAW mengutus seseorang untuk datang kepadaku dan dia berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh kamu supaya berpisah dengan istrimu". Saya bertanya: "Apakah saya harus menceraikannya atau apa yang harus saya perbuat ?". Dia berkata: "Tidak, janganlah kamu menceraikannya tetapi janganlah kamu mendekatinya (mensetubuhinya)". Bersama dengan itu pula mengutus utusan untuk mendatangi kedua kawanku dengan menyampaikan perintah yang sama. Kemudian saya berkata pada istriku: "Pulanglah dulu kamu kepada keluargamu dan tinggalah disana bersama-sama mereka sehingga Allah memberi keputusan tentang persoalam ini". Kemudian istri Hilal bin Umayyah datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah orang yang sudah sangat tua dan lemah serta tidak mempunyai pelayan maka apakah kiranya tuan keberatan bila saya melayaninya ?". Beliau menjawab: "Tidak apa-apa, tetapi jangan sekali-sekali ia mendekati (mensetubuhi) kamu". Istri Hilal berkata: "Demi Allah sesungguhnya Hilal sudah tidak punya nafsu lagi untuk berbuat seperti itu, dan demi Allah ia selalu menangis semenjak ia menerima keputusan itu sampai saat ini". Kemudian sebagain keluargaku mengatakan kepadaku agar saya minta izin kepada Rasulullah SAW tentang masalah istriku, karena beliau telah mengizinkan istri Hilal bin Umayyah untuk tetap melayaninya. Maka saya menjawab: "Saya tidak akan minta izin kepada Rasulullah SAW tentang masalah istriku, saya tidak tahu apa jawaban Rasulullah SAW seandainya saya minta izin tentang masalah istriku karena saya adalah orang yang masih muda". Kemudian saya tinggal sendirian selama sepuluh hari, maka genaplah sudah lima puluh hari semenjak saya dikucilkan yakni semenjak orang-orang tidak boleh berkata-kata dengan kami.

Sewaktu saya shalat shubuh pada hari kelima puluh ditingkat atas dari rumahku kemudian ketika saya sedang duduk-duduk untuk merenungkan nasib sebagaimana yang disinyalir oleh Allah Ta'ala, dimana saya merasa sangat sempit hidup di dunia ini, tiba-tiba saya mendengar suatu teriakan yang sangat keras dimana terdengar suara: "wahai Ka'b bin Malik ada kabar gembira buat kamu". Maka saya segera sujud karena saya merasa Rasulullah SAW pasti telah mengatakan kepada orang banyak bahwa Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah menerima taubat kami ketika beliau shalat shubuh. Kemudian orang-orang ingin menyampaikan ucapan selamat kepada kami dan juga ada juga yang menyampaikan kabar gembira ini kepada kedua kawan saya. Ada seorang laki-laki yang datang kepadaku denga naik kuda dan ada juga yang berjalan kaki bahkan ada juga yang naik keatas bukit serta terdengarlah suara yang kerasnya melebihi suara kuda. Ketika datang kepadaku orang yang menyampaikan kabar gembira itu maka segera saya lepas pakaianku dan saya berikan kepadanya karena gembiranya hatiku, padahal demi Allah waktu itu saya tidak mempunyai pakaian selain itu sehingga saya meminjam pakaian untuk menghadap kepada rasulullah SAW.
Dan sayapun menghadap Rasulullah SAW, sedang orang-orang yang bertemu dengan saya semuanya secara berkelompok-kelompok mengucapkan selamat atas diterimanya taubat saya serta mereka berkata kepada saya: "Selamat atas diterimanya taubatmu kepada Allah itu", sehingga saya masuk masjid. Didalam masjid Rasulullah SAW sedang duduk-duduk dengan dikelilingi oleh orang banyak kemudian bangkitlah Thalhah ibnu 'Ubaidillah ra. serta tergopoh-gopoh untuk menjabat tangan dan mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah tidak ada seorang pun dari sahabat Huhajirin yang bangkit selain Thalhah.
Ka'b berkata: "Ketika saya mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW beliau bersabda sedang wajahnya nampak berseri-seri karena gembira: "Bergembiralah kamu pada hari yang paling baik sejak kamu dilahirkan oleh ibumu". Saya bertanya: "Dari Rasulullah sendiri ataukah dari Allah ?". Beliau menjawab: "Tidak, ini langsung dari Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung". Rasulullah SAW bila sedang gembira wajahnya bersinar seakan-akan wajahnya itu belahan dari bulan; kita pun telah mengenal semuanya. Kemudian ketika saya duduk dihadapan beliau saya berkata: "Wahai Rasulullah sebagai kesempurnaan taubatku maka saya akan memberikan semua harta kekayaanku sebagai shadakah kepada Allah dan rasul-Nya". Rasulullah SAW bersabda: "Jangan, tahanlah sebagian dari harta kekayaanmu karena yang demikian itu lebih baik bagimu". Saya berkata: "Sesungguhnya saya hanya akan menahan rampasan perang yang saya dapat di Khaibar", dan saya berkata lagi: "Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah Ta'ala menyelamatkan saya karena saya jujur, dan sebagai kesempurnaan taubatku saya tidak akan berbicara melainkan dengan jujur/benar selama hidupku".
Demi Allah saya tidak mengetahui seorang pun diantara kaum muslimin yang telah diuji oleh Allah karena kejujurannya seperti saya menceritakan keadaan saya dengan sejujur-jujurnya dihadapan Rasulullah SAW. Demi Allah saya tidak pernah sengaja untuk berdusta semenjak mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW sampai hari ini, dan saya berharap semoga Allah Ta'ala memelihara diri saya selama hayat masih dikandung badan.

Kemudian turunnya firman Allah Ta'ala yang artinya: "Allah telah benar-benar menerima taubatnya Nabi, sahabat-sahabat Muhajirin dan Anshar yang telah mengikutinya dalam saat-saat kesukaran.....sampai dengan.....Sesungguhnya Allah sangat kasihan dan sayang terhadap mereka" "dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan taubatnya sehingga mereka merasa sempit hidup di bumi yang luas ini.....sampai dengan........bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan beradalah kamu sekalian beserta orang-orang yang benar".
Ka'b berkata: "Demi Allah, saya belum pernah merasakan nikmat Allah yang lebih besar selain dari petunjuk Allah yang menjadikan saya masuk islam, yang lebih besar dari kebenaran saya dihadapan Rasulullah SAW sehingga saya tidak berdusta; sendainya saya berdusta niscaya saya akan dibinasakan sebagaimana orang-orang yang berdusta itu telah dibinasakan".
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada orang-orang yang berdusta ketika disampaikannya wahyu kepada mereka dengan nada yang sinis melebihi sinisnya seseorang yang berkata kepada sesamanya, dimana Allah Ta'ala berfirman yang artinya: "Mereka (orang-orang munafik) akan bersumpah kepadamu dengan memakai nama Allah apabila kamu kembali supaya kamu mengabaikan mereka (tidak menuntut mereka). Maka abaikanlah mereka karena sesungguhnya mereka itu kotor (najis) dan tempat mereka adalah neraka jahannam sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat. Mereka bersumpah kepadamu supaya kamu suka terhadap mereka; tetapi seandainya kamu suka terhadap mereka maka sesungguhnya Allah tidak suka terhadap orang-orang yang fasik".
Ka'b berkata: "kami bertiga tertinggal dari urusan kepada Rasulullah SAW maksudnya yaitu kami bertiga ditangguhkan taubatnya dimana mereka yang bersumpah dan berjanji langsung diterima oleh Rasulullah SAW dan beliau menerima lahir mereka serta memintakan ampun kepada Allah, tetapi masalah bathin beliau serahkan kepada-Nya. Adapun tentang urusan kami bertiga maka keputusan sepenuhnya diserahkan kepada Allah Ta'ala.
Firman Allah Ta'ala yang artinya: "Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan taubatnya", maka yang dimaksud bukanlah kami tertinggal dari perang tapi beliau menangguhkan taubat kami dan mendiamkan kami tidak seperti orang yang bersumpah diwaktu menyampaikan alasan kemudian beliau terima alasannya itu" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam salah satu riwayat dikatakan: "Bahwasannya Nabi SAW pada waktu perang Tabuk keluar pada hari kamis; dan memang sudah menjadi kesukaan beliau untuk bepergian pada hari kamis".
Dalam salah satu riwayat yang lain dikatakan: "Biasanya beliau kalau datang dari bepergian pada waktu pagi, dan bila beliau datang biasanya langsung ke masjid dan shalat dua raka'at kemudian duduk di masjid".