Kamis, 29 April 2010

SUNNATNYA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAT DI RUMAH


PENGANTAR :
Dalam islam shalat sunnat itu banyak ragamnya. Ternyata menurut sunnat Rasulullah SAW shalat-shalat sunnat tertentu sebaiknya dilakukan/dilaksanakan di rumah. Shalat sunnat yang sering Rasulullah SAW lakukan di rumah diantaranya shalat syukur wudlu (shalat sunnat mutlak), shalat tahajjud, witir, fajar, dhuha dan shalat sesudah shalat fardlu (ba'da).
Kondisi kita sekarang mungkin lain, semisal waktu kita di kantor maka tidak ada salahnya melaksanakan shalat syukur wudlu (mutlak), dhuha dan ba'da dikerjakan di mushola yang ada di kantor, atau kalau kita dalam perjalanan bisa saja shalat-shalat sunnat tersebut dilakukan di masjid.
Untuk shalat sunnat tahiyyatul masjid tentu dilaksanakannya di masjid/mushola. Begitu pula dengan shalat sebelum shalat fardlu (qobla) sebaiknya dilaksanakan di masjid sebab nantinya dikhawatirkan shalat fardlunya tertinggal.
Berikut ini adalah hadist-hadist yang menjelaskan keutamaan/anjuran untuk melaksanakan shalat-shalat sunnat di rumah. Selamat membaca.

Dari Zaid bin Tsabit ra. bahwasannya Nabi SAW bersabda: "Wahai sekalian manusia shalatlah kamu sekalian di rumahmu karena sesungguhnya seutama-utama shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardlu" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu 'Umar ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Laksanakanlah shalat-shalat sunnat di rumahmu, dan jangan kamu jadikan rumahmu itu seperti kuburan" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang diantara kamu sekalian telah selesai mengerjakan shalat di masjid maka hendaklah ia mengerjakan sebagian shalat sunnat di rumahnya karena sesungguhnya dengan shalat itu Allah menjadikan kebaikan di rumahnya" (HR. Muslim).

Dari 'Amr bin 'Atha' bahwasannya Nafi' bin Jubair mengutus untuk pergi ketempat Saib bin Yazid kemenakan Namir untuk menanyakan tentang sesuatu yang terjadi antara Saib dengan Mu'awiyah dalam masalah shalat; kemudian Saib berkata: "Benar, saya shalat jum'at bersama Mu'awiyah di istana; setelah imam mengucapkan salam kemudian saya langsung berdiri untuk mengerjakan shalat sunnat ditempat itu. Ketika Mu'awiyah masuk ke rumahnya, ia memanggil saya dan berkata: "Janganlah diulangi apa yang telah kamu perbuat. Jika kamu selesai shalat jum'at maka janganlah kamu menyambungnya dengan shalat sunnat sebelum kamu berbicara atau keluar. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh yang demikian itu yakni kami tidak boleh menyambung sesuatu shalat dengan shalat yang lain sebelum berbicara atau keluar" (HR. Muslim).


Rabu, 28 April 2010

Dan Setan pun Merasa Takut...



Ada seorang manusia yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil tersenyum bergumam, "Orang ini memang pantas menjadi sahabatku..!"

Begitu juga ketika waktu dzuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin, " Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!"

Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan mulai terdiam......

Kemudian ketika datang waktunya magrib, temannya itu ternyata tidak shalat juga, maka setan nampak mulai gelisah, senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat-ngingat sesuatu.

Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan shalat Isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi, dihampirinya sahabatnya yang manusia itu sambil berkata dengan penuh ketakutan, "Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita !"

Dengan keheranan manusia ini bertanya,"Kenapa engkau ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat ?".

"Aku takut !", jawab setan dengan suara gemetar.

"Nenek moyangku saja yang dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak disuruh sujud pada Adam, telah dilaknat-Nya; apalagi engkau yang hari ini saja kusaksikan telah lima kali membangkang untuk bersujud pada-Nya. Tidak terbayangkan olehku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan sambil ngeloyor pergi.


Selasa, 20 April 2010

SHAF DALAM SHALAT BERJAMAAH


Dari Jabir bin Samurah ra. berkata: "Rasulullah keluar kepada kami dan bersabda: "Kenapa kamu sekalian tidak berbaris sebagaimana para malaikat berbaris dihadapan Tuhan ?". Kami bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana para malaikat itu berbaris dihadapan Tuhan ?". Beliau menjawab: "Mereka menyempurnakan barisan pertama dan mereka rapat didalam barisan" (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: "Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang terdapat pada adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali harus mengikuti undian, niscaya mereka akan mengikuti undian itu" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik shaf orang laki-laki adalah shaf yang paling depan dan yang paling jelek adalah shaf yang paling belakang; sedangkan sebaik-baik shaf orang perempuan adalah yang paling belakang dan yang paling jelek adalah yang paling depan" (HR. Muslim).

Dari Abu Sa'id Al Khudry ra. bahwasannya Rasulullah SAW melihat para sahabat mundur kebelakang, maka beliau bersabda: "Majulah kamu dan ikutlah aku serta orang-orang yang berada dibelakangmu harus mengikuti kamu. Orang-orang yang selalu mundur akan diundurkan oleh Allah" (HR. Muslim).

Dari Abu Mas'ud ra. berkata: "Rasulullah SAW mengusap-usap kami ketika kami sedang shalat, serta beliau bersabda: "Luruskan barisanmu dan janganlah berbengkok-bengkok karena bisa menjadikan hatimu berbengkok-bengkok. Dekatlah dengan aku orang-orang yang dewasa dan pandai, kemudian orang-orang yang dibawah mereka, kemudian orang-orang yang dibawah mereka" (HR. Muslim).

Dari Anas ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Luruskanlah barisan-barisanmu karena sesungguhnya meluruskan barisan itu termasuk kesempurnaan shalat " (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dikatakan: "Sesungguhnya meluruskan barisan itu termasuk menegakkan shalat".

Dari Anas ra. berkata: "Ketika iqamat untuk shalat telah dikumandangkan, Rasulullah SAW menoleh kepada kami dan bersabda: "Luruskan barisanmu dan rapatkan, karena sesungguhnya aku bisa melihat kamu dari belakang punggungmu" (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain dikatakan: "Kemudian masing-masing dari kami meluruskan bahunya dengan bahu kawannya dan telapak kakinya dengan telapak kaki kawannya".

Dari An Nu'man bin Basyir ra. berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Kamu sekalian harus meluruskan barisanmu atau biarkanlah Allah menyelisihkan antara kamu sekalian" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat Muslim, bahwasanya Rasulullah SAW meluruskan barisan kami sehingga seakan-akan beliau meluruskan anak panah, sampai beliau berpendapat bahwa kami sudah sadar. Pada suatu hari beliau keluar dan langsung berdiri, ketika hendak takbir beliau melihat ada seorang yang dadanya menonjol tidak lurus dalam barisan itu, kemudian beliau bersabda: "Wahai hamba Allah, kamu sekalian harus meluruskan barisanmu atau biarkanlah Allah menyelisihkan antara kamu sekalian".

Dari Al Barra bin 'Azib ra berkata: "Rasulullah SAW memasuki sela-sela barisan sambil mengusap dada dan bahu kami, serta bersabda: "Janganlah kamu sekalian berbengkok-bengkok karena nanti hatimu akan berbengkok-bengkok". Beliau bersabda pula: "Sesungguhnya Allah mengaruniakan rahmat dan malaikat-Nya memohonkan rahmat kepada orang-orang yang berada pada shaf pertama" (HR. Abu Daud).

Dari Ibnu 'Umar ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: "Luruskanlah barisan-barisanmu, ratakanlah bahu-bahumu, tutuplah lobang-lobang barisanmu, bersikaplah lunak terhadap saudara-saudaramu dan janganlah kamu biarkan renggang-renggang barisanmu karena akan ditempati syetan. Barang siapa yang mempertemukan shaf maka Allah akan mempertemukannya, dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya" (HR. Abu Daud).

Dari Anas ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: "Rapatkanlah shaf-shafmu dan berdekat-dekatlah kamu serta luruskanlah leher-lehermu. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku melihat syetan-syetan itu masuk pada sela-sela barisan seperti kambing yang hitam lagi kecil" (HR. Abu Daud).

Dari Anas ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: "Sempurnakan shaf terdepan kemudian shaf yang berada dibelakangnya. Jika ada yang tidak penuh maka hendaklah pada shaf yang paling belakang" (HR. Abu Daud)

Dari 'Aisyah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah memberikan rahmat dan malaikat memohonkannya kepada orang-orang yang berada pada shaf sebelah kanan" (HR. Abu Daud).

Dari Al Barra' ra. berkata: "Bila kami shalat dibelakang Rasulullah SAW maka kami suka pada sebelah kanannya karena beliau menatap kami dengan wajahnya, sehingga saya mendengar beliau berdo'a: "Rabbi qinii 'adzaabaka yauma tab'atsu atau tajma'u 'ibaadak" (Wahai Tuhan, hindarkan aku dari siksa-Mu pada hari Kau bangkitkan atau Kau kumpulkan hamba-hamba-Mu)" (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Tempatkanlah imam itu tepat ditengah-tengah, dan tutuplah sela-sela shaf mu" (HR. Abu Daud).

CATATAN : Dikutip dari kitab Terjemah Riyadlus Shalihin jilid II



Jumat, 16 April 2010

ULAMA NUSANTARA YANG MENDUNIA


Sejarah mencatat beberapa ulama Indonesia pada masa lalu pernah berkiprah hingga namanya dikenal di dunia. Mereka pada umumnya berguru ke Mekkah dan Madinah. Sebagian menghabiskan hidupnya dengan mengajar disana, sebagian lagi pulang ke Indonesia. Berikut diantara mereka :

1. Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Namanya tidak hanya dikenal oleh masyarakat Nusantara, tetapi juga kaum muslimin di Filipina, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan India. Lahir di Banjar tanggal 15 Safar 1122 H (17 Mei 1710 M). Selama hampir 35 tahun berguru pada ulama-ulama terkenal di Mekkah dan Madinah seperti Syaikh Ataillah bin Ahmad Al-Misriy, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdiy, Syaikh Ahmad bin Abd Karim Al-Qadiri.
Selepas berguru di Mekkah dan Madinah, Al-Banjari kembali ke tanah air. Ia membuat pusat-pusta studi islam untuk membantu masyarakat menimba ilmu pengetahuan.
Al-Banjari berhasil menulis berpuluh-puluh karya. Salah satu yang termasyhur adalah kitab Sabilal Muhtadin yang kerap menjadi referensi para penulis buku fiqh.
Pada 6 Syawal 1227 H (3 Oktober 1812 M), Al-Banjari wafat. Untuk mengenang karya dan jasanya, masyarakat Banjarmasin mendirikan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.

2. Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli Al-Minangkabawi.

Ia seangkatan dengan Hasyim Asyhari, pendiri Nahdlatul Ulama. Lahir di Candan, Sumatera Barat, pada tahun 1871 M.
Sulaiman menuntut ilmu agama di Makkah dan antara lain berguru pada ulama minang yang tinggal di Tanah Suci, Syaikh Ahmad Khatib Abdul Lathif Al-Minangkabawi. Sekembali ke tanah air, ia menyebarkan ajaran Islam dengan sistem lesehan (duduk bersila). Baru pada tahun 1928 M, Al-Minangkabawi menggunakan bangku.
Pada tahun 1928 M juga, Al-Minangkabawi bersama Syaikh Abbas Ladang Lawas dan Syaikh Muhammad Jamil Jaho menggagas berdirinya organisasi yang sempat menjadi partai politik, yaitu Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).

3. Syaikh Sayyid Utsman Betawi

Nama lengkapnya Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya Al-Alawi, namun lebih dikenal dengan sebutan Habib Utsman Mufti Betawi. Lahir di Pekojan, Jakarta, 17 Rabiul Awwal 1238 H (2 Desember 1822 M).
Habib Utsman adalah sahabat ulama besar Sayyid Yusuf An-Nabhani, mufti di Beirut. Selama di Makkah, Habib Utsman menimba ilmu pada Syaikh Ahmad Ad-Dimyathi, Sayyid Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syaikh Rahmatullah.
Semasa hidupnya, Mufti Betawi berhasil menulis karya sebanyak 109 buah. Dalam memutuskan suatu perkara ia dikenal sangat tegas. Tak heran kalau ulama-ulama asli Jakarta yang ada sekarang sangat mengagumi sosok Mufti Betawi dan menjadikannya guru teladan.

4. Syaikh Muhammad Khalil Al-Maduri.

Lahir pada 11 Jamadil Akhir 1235 H (27 Januari 1820 M) di Bangkalan, Madura. Al-Maduri berasal dari keluarga ulama. Ia sempat berguru kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.
Al-Maduri semasa mudanya berhasil menghafal Al-Qur'an (hafizh). Juga mampu menguasai qiraah tujuh (tujuh cara membaca Al-Qur'an).
Tahun 1859 M Al-Maduri pergi ke Makkah. Ia bersahabat dengan Syaikh Nawawi Al-Bantani. Sekembalinya ke tanah air, Al-Maduri mendirikan pondok pesantren di daerah Cengkebuan, satu kilometer dari tanah kelahirannya.
Pada masa penjajahan Belanda, ia sudah sepuh dan tidak lagi mampu terlibat langsung dalam kontak fisik. Namun ia sangat aktif menumbuhkan sikap perlawanan kepada para pemuda di pondok pesantrennya. Akibatnya, Al-Maduri ditahan Belanda karena dituduh melindungi para pemberontak.
Syaikh Muhammad Khalil Al-Maduri wafat pada usia 106 tahun (29 Ramadhan 1341 H atau 14 mei 1923 M). Semasa hidup telah membina kader-kader ulama untuk generasi setelahnya, seperti KH Hasyim Asy'ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang) dan KH Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang).

5. Syaikh Nawawi Al-Bantani

Al-Bantani kerap disebut sebagai "Imam Nawawi Kedua". Gelar ini diberikan oleh Syaikh Wan Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fathani.
Lahir pada penghujung abad ke 18 M di Banten. Ia memiliki nama lengkap Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali Al-Jawi Al-Bantani.
Selama di Makkah, Nawawi Al-Bantani belajar pada beberapa ulama terkenal seperti Syaikh Ahmad An-Nahrawi, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Maliki, Syaikh Ahmad Ad-Dumyati, Syaikh Muhammad khathib Duma Al-Hanbali, Syaikh Zainuddin Aceh dan Syaikh Ahmad Khathib Sambas.
Setiap kali mengajar di Masjidil Haram, ia selalu dikelilingi sekitar 200-an orang. Pernah diundang ke Universitas Al-Azhar, Mesir, untuk memberi ceramah atau fatwa-fatwa pada beberapa perkara khusus.

6. Syaikh Muhammad Muchtar Al-Bughri

Lahir di Bogor, Jawa barat, pada 14 Sya'ban 1278 (14 Februari 1862). Nama lengkapnya Muhammad Mukhtar bin Atharid Al-Bughri Al-Batawi Al-Jawi. Pendidikan agamanya didapat langsung dari orang tuanya. Semasa muda ia telah mampu menghafal Al-Qur'an.
Tahun 1299 hijrah ke Betawi (Jakarta) untuk menimba ilmu kepada Sayyid Utsman. Tidak puas juga, ia kemudian pergi ke Makkah.
Selama di Makkah, Mukhtar Al-Bughri belajar kepada ulama termasyhur, Syaikh Ahmad Al-Fathani. Ia juga diberi kesempatan untuk mengajar di Masjidil Haram selama 28 tahun.
Setiap kesempatan mengajar, ia selalu dikelilingi sekitar 400-an muridnya. Semasa hidupnya telah menulis berpuluh-puluh karya. Mukhtar Al-Bughri wafat di Makkah pada 17 Shafar 1349 H .(13 Juli 1930 M).

7. Syaikh abdul Hamid Asahan

Nama lengkapnya Syaikh Abdul Hamid bin Mahmud. Lahir di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, tahun 1298 H (1880 M).
Sejak kecil ia belajar kepada saudara iparnya yang bernama Haji Zainuddin. Setelah itu belajar kepada ulama termasyhur di Asahan bernama Syaikh Muhammad Isa, mufti Kerajaan Asahan. Syaikh Muhammad Isa menganjurkan Abdul Hamid untuk menimba ilmu ke Makkah, pasalnya Abdul Hamid memiliki talenta untuk menjadi ulama.
Sampai di Makkah, Abdul Hamid Asahan langsung diterima belajar di halaqah Syaikh Ahmad Al-Fathani. Abdul Hamid Asahan belajar pada Syaikh Ahmad Al-Fathani selama dua tahun, karena Syaikh Ahmad Al-Fathani keburu wafat pada 1325 H/1908 M.
Abdul Hamid Asahan kemudian berguru pada Syaikh Ahmad Khathib bin Abdul Lathif Minangkabawi. Proses belajar ini sempat terganggu karena meletusnya Perang Dunia I (1914-1918 M). Ia terpaksa pulang ke Tanjung Balai Asahan.
Abdul Hamid kemudian mendirikan madrasah 'Ulumil 'Arabiyah. Madrasah ini berkembang pesat dan menjadi termasyhur di Sumatera Utara.
Abdul Hamid Asahan melengkapi hidupnya dengan menulis berpuluh-puluh buku. Ia wafat pada 10 Rabiul Akhir 1370 H (18 Februari 1951 M).

CATATAN : Dikutip dari Majalah Hidayatullah Edisi 10/XIX/Februari 2007/Muharram 1428 H







Rabu, 14 April 2010

KEUTAMAAN MENANTIKAN SHALAT


Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang itu selalu dianggap mengerjakan shalat selama ia tertahan untuk menantikan shalat, tidak ada yang menahannya untuk kembali ke rumahnya melainkan shalat" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat itu selalu memohonkan rahmat kepada salah seorang diantara kamu sekalian selama ia berada pada suatu tempat yang mana ia shalat ditempat itu, selama ia tidak berhadats. Malaikat itu berdo'a: "Allaahummaghfir lahu, Allaahummarhamhu". (Wahai Allah ampunilah dosa orang itu, wahai Allah kasihanilah orang itu)" (HR. Bukhari).

Dari Anas ra. bahwasannya pada suatu malam Rasulullah SAW mengakhirkan shalat Isya' sampai tengah malam kemudian beliau menatap kami setelah selesai shalat serta bersabda: "Orang-orang telah shalat dan telah tidur, sedangkan kamu sekalian tetap dianggap mengerjakan shalat selama kamu menantikan shalat" (HR. Bukhari).


Rabu, 07 April 2010

KEUTAMAAN PERGI KE MASJID


Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang pada waktu pagi atau sore pergi ke masjid maka Allah menyediakan makanan yang lezat didalam sorga setiap ia pergi pada waktu pagi atau sore hari" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi kesalah satu rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban Allah (shalat) maka langkah-langkahnya yang satu dapat menghapus dosa dan yang lain dapat mengangkat derajatnya" (HR. Muslim).

Dari Ubay bin Ka'b ra. berkata: "Ada seorang sahabat anshar, yang saya ketahui tidak ada seorang pun yang rumahnya lebih jauh menuju ke masjid daripada rumahnya, namun ia tidak pernah terlambat shalat. Kemudian ada seseorang berkata: "Seandainya kamu membeli seekor keledai niscaya kamu dapat menaikinya pada waktu gelap dan pada waktu panas". Ia menjawab: "Saya tidak senang seandainya rumahku dekat dengan masjid, karena saya berharap agar setiap perjalananku ke masjid baik sewaktu saya pergi maupun pulang kembali ke keluargaku itu dicatat sebagai amal kebaikan". Maka Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah mengumpulkan semua pahala perjalanmu itu" (HR. Muslim).

Dari Jabir ra. berkata: "Beberapa tempat disekitar masjid masih kosong (belum ditempati) maka Bani Salamah bermaksud untuk pindah didekat masjid. Berita itu terdengar oleh Nabi SAW, kemudian beliau bersabda kepada mereka: "Aku mendengar bahwasannya kamu sekalian bermaksud untuk pindah didekat masjid ?". Mereka menjawab: "Benar wahai Rasulullah, kami bermaksud demikian". Beliau bersabda: "Wahai Bani Salamah tetaplah kamu pada rumahmu karena bekas-bekas langkahmu itu tercatat sebagai amal kebaikan. Tetaplah kamu pada rumahmu karena bekas-bekas langkahmu itu tercatat sebagai amal kebaikan". Mereka berkata: " Kami tidak jadi ingin untuk pindah rumah" (HR. Muslim).
Bukhari juga meriwayatkannya yang maksudnya sama, riwayat dari Anas ra.

Dari Abu Musa ra., Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang yang besar pahalanya didalam shalat adalah orang yang paling jauh jarak perjalanannya dari tempat shalat kemudian yang agak jauh, dan orang yang menunggu shalat untuk berjama'ah bersama imam itu lebih besar pahalanya daripada orang yang shalat sendiri kemudian tidur" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Buraidah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang pergi ke masjid dalam kegelapan malam yaitu dengan cahaya yang sempurna nanti pada hari kiamat" (HR. Abu Daud dan At-Turmudzy).

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sesuatu yang mana dengan sesuatu itu Allah akan menghapus dosa-dosamu dan dengan sesuatu itu pula Allah akan mengangkatnya beberapa derajat ?" Para sahabat menjawab: "Baiklah wahai Rasulullah". Beliau bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudlu' atas hal-hal yang tidak disukai, memperbanyak langkah ke masjid-masjid dan menantikan shalat sehabis shalat. Maka itulah yang dinamakan Ar Ribath, maka itulah yang dinamakan Ar Ribath (mengikatkan diri dalam keta'atan)" (HR. Muslim).

Dari Abu Sa'id Al Khudry ra., Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu sekalian melihat seseorang yang biasa ke masjid maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman. Allah 'azza wajalla berfirman: "Innamaa ya'muru masaajidallaahi man aamana billaahi wal yaumil aakhir" (Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir) (HR. At-Turmudzy)