Jumat, 15 Januari 2010

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PELAKU BUNUH DIRI

Akhir-akhir ini sering kita baca di koran atau lihat di TV tentang pelaku bunuh diri. Pelakunya merasa putus asa terhadap segala kesulitan dan kesusahan yang menimpanya. Hidup seolah menanggung beban yang berat, seakan Allah menjauh darinya, sehingga jalan yang diambil pun merupakan jalan pintas dengan melakukan bunuh diri. Bagaimana pandangan islam terhadap pelaku bunuh diri ?

Dalam suatu hadist dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang membunuh diri dengan besi, maka di dalam neraka nanti dia akan memegang besi itu lalu menusuk-nusukannya ke perutnya sendiri dan dia kekal abadi di dalamnya. Dan barang siapa yang membunuh diri dengan meminum racun, maka di dalam neraka dia akan meneguknya terus dan dia kekal abadi di dalamnya. dan barang siapa yang bunuh diri dengan membuang dirinya dari gunung, di dalam neraka nanti dia akan menjatuhkan dirinya terus dan dia kekal abadi di dalamnya". (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Bagi seorang mukmin, segala macam cobaan dan ujian yang menimpanya akan dipandang sebagai jalan kebaikan. Semuanya akan dipandang sebagai wujud cinta dan kasih sayang Allah terhadapnya, meski terasa pahit untuk dirasakannya. Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu. Segala urusannya (dipandangnya) baik. Jika mendapat kegembiraan ia bersyukur, dan itu adalah kebaikan baginya. Dan jika mendapat musibah ia pun bersabar, dan itu juga adalah sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya terjadi pada seorang mukmin." (HR. Muslim dan Ahmad).

Dalam kitab At-Ta'rifaat, Imam Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjaaniy mendefinisikan al-qatl (pembunuhan) sebagai sebuah tindakan dan perbuatan yang berakhir dengan hilangnya nyawa. Bunuh diri adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

'Aidh Al-Qarni dalam bukunya Laa Tahzan (jangan bersedih) mengisyaratkan adanya beberapa kondisi yang menyebabkan orang melakukan bunuh diri. Pertama: Depresi. Depresi merupakan jenis penyakit kejiwaan yang bila tidak segera diatasi bisa menyebabkan pelakunya bunuh diri. Kedua: Lemahnya keimanan. Orang yang lemah imannya/kurang kedekatan dengan Allah akan berprasangka tentang takdir dan "pengaturan" Allah SWT. Dia lupa ketika masalah datang padanya, merasa tidak yakin bahwa sebesar dan seberat apapun masalahnya tetap datangnya dari Allah. Allah adalah Maha Kuasa dan Maha Mampu meringankan atau bahkan melenyapkan persoalan yang dihadapi. Segala sesuatu itu ada dan akan terjadi sesuai dengan ketentuan qadha (keputusan) dan qadar (ukuran/ketentuan) Allah.

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang membunuh diri dengan alat tertentu, maka Allah akan mengadzabnya dengan alat itu pada hari kiamat" (HR. Muslim). Sesungguhnya nyawa dan seluruh jiwa raga adalah milik Allah. Nyawa dan jiwaraga ini telah diamanatkan kepada masing-masing manusia. Kita tidak boleh menjualnya/memisahkannya karena bukan milik kita, kecuali atas kehendakNya.

Yusuf Al-Quradhawi menjelaskan: "Barang siapa bunuh diri dengan cara apapun, berarti dia telah melakukan suatu pembunuhan yang diharamkan Allah. Kehidupan manusia bukan menjadi hak milik pribadinya, sebab dia tidak dapat membuat dirinya, anggotanya, ataupun sel-selnya". Allah SWT telah berfirman: "Dan janganlah kamu membunuh diri, diri kamu; karena sesungguhnya Allah Maha Belas Kasih kepadamu" (An-Nisaa': 29).

Islam mengajarkan pada setiap muslim untuk selalu optimis dalam menghadapi musibah. Setiap muslim harus berjuang, bukan untuk tinggal diam. Iman dan akhlak seorang muslim tidak akan lari dari arena kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda: "Sebelum kamu, pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil mengambil sebilah pisau dan dipotongnya tangannya, darahnya terus mengalir sehingga dia mati. Maka berkatalah Allah: "Hamba-Ku ini mau mendahulukan dirinya dari (takdir)-Ku. Oleh karena itu Kuharamkan syurga atasnya". (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika kita dihimpit seatu persoalan hendaknya kita bermunajah/ber do'a kepada Allah untuk meminta ampunanNya. Yakinlah pada saatnya nanti pertolongan dan bantuan serta kemudahan dari Allah pasti datang. Allah telah berfirman: "Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadaNya" (An-Naml: 62)

Musibah dan ujian pasti datang pada setiap orang. Yakinlah Allah akan menguji keimanan seseorang sesuai dengan kadar kemampuannya. Apakah nantinya dengan cobaan ini diri kita akan menjauh kepada Allah, putus asa, atau sebaliknya membuat kita semakin dekat dan cinta serta semakin banyak menyebut nama Allah.

Semoga kita termasuk golongan orang yang sabar dalam menjalani hidup ini, dan Allah tidak menimpakan cobaan yang berat yang sekiranya kita sendiri tidak mampu mengatasinya. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar