Kamis, 07 Januari 2010

IDOLA, KULTUS INDIVIDU DAN SYIRIK


IDOLA, KULTUS INDIVIDU DAN SYIRIK


Sekarang ini banyak remaja-remaja yang mengidolakan selebritis, negarawan bahkan ulama-ulama tertentu sehingga sampai dikultuskan. Jangan sampai kita terperangkap jahiliyah, dimana idola-idola itu dinomor satukan. Bukankah Rasulullah SAW diutus untuk memurnikan aqidah umatnya ?. Kekaguman kita, termasuk do'a-do'a kita harus langsung di panjatkan kepada Allah, tanpa perantara.

Zaman jahiliyah dulu, orang-orang Arab bukannya bodoh dalam arti harfiyah. Mereka sudah terbiasa melakukan shalat, puasa bahkan haji menurut syariat sebelum Muhammad diutus menjadi rasul. Tetapi kebiasaan mereka mengidolakan dan mengkultuskan orang-orang ternama dan shaleh , lantas dibuatkan patung buat perantara do'a-do'a dan sembahan mereka. Mereka merasa yakin orang-orang yang diidolakan itu bisa membantu dan memberi syafaat kelak di akhirat. Jahiliyah di zaman modern ini bukan hanya sekedar patung/kuburan yang jadi idola, tapi bisa jadi berbentuk foto/foster. Masih banyak kaum muslimin yang minta do'a-do'a pada kuburan yang dikeramatkan, mengkultuskan orang ternama atau shaleh buat jadi idolanya.

Semua bentuk pengidolaan dan pengkultusan termasuk perbuatan syirik. Allah telah berfirman: "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah" (QS. Al-Baqarah: 165). Dalam surat Al-An'am (151) Allah berfirman: "Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia". Dalam suatu Hadist, Abdullah bin Mas'ud RA bertanya kepada Rasulullah SAW: "Apakah dosa yang paling besar menurut Allah ?". Rasulullah SAW bersabda: "Yaitu jika engkau membuat tandingan bagi Allah (dalam beribadah), padahal Dia-lah yang menciptakanmu", (HR. Muslim).

Kecintaan kita yang utama tetap kepada Allah SWT. Dia-lah Yang Maha Segala, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kecintaan kita yang berikutnya adalah kepada Rasulullah SAW. Beliau sangat cinta terhadap umatnya, sehingga kita-kita yang sesudah Beliau SAW meninggal dipanggilnya "kekasih". Kita sering dianjurkan untuk bersyalawat kepada Beliau dan keluarganya. Harus diingat, hanya Rasulullah SAW yang kelak bisa memberi syafaat di akhirat. Rasulullah SAW sendiri memberi syafaat atas izin Allah SWT. Kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW jangan sampai mengalahkan kecintaan kita terhadap Allah SWT. Allah SWT telah berfirman: "Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...". (QS. Al-Baqarah: 165). Orang-orang beriman/mukmin tidak akan mencintai sesuatu sebagaimana cinta mereka kepada Allah. Mereka tidak mencintai orang, jabatan, lembaga atau nilai keduniawian sebagaimana mereka mencintai Allah.

Dalam berkeluarga, kecintaan kita yang berikutnya adalah terhadap kedua orang tua, terutama ibu kita. Jikalau beliau masih hidup seringlah melayat dan minta do'a restunya, mohon maaf jika ada kesalahan dsb. Jikalau orang tua sudah meninggal, kewajiban anaknya lah untuk mendo'a kan mereka. Tetapi harus diingat, kecintaan terhadap orang tua jangan sampai rumah tangga kita terbengkalai. Kita juga harus mencintai/menghormati guru-guru di sekolah ataupun di tempat pengajian/tausyiah. Hormatilah mereka sebagai orang yang berilmu.

KH. Qomaruddin shaleh dkk dalam buku AYAT AYAT LARANGAN DAN PERINTAH DALAM AL-QUR'AN, Pedoman menuju akhlak muslim, menjelaskan makna syirik. Syirik secara bahasa adalah bentuk musdar (infinitif) dari kata syarika, yasyraku, syirkan yang memiliki arti menjadi sekutu baginya, memberikan bagian untuknya baik sedikit ataupun banyak kepada zat atau makna. Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Sementara itu kata musyrikin merupakan bentuk jamak dari pada kata musyrik yang artinya kaum/orang-orang yang melakukan perbuatan syirik. Pengertian sekutu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 2 adalah peserta, rekanan atau kawan yang ikut berserikat. Menyekutukan berarti menjadikan atau menganggap sesuatu sebagai sekutu. Berdasarkan pengertian ini, maka menyekutukan Allah berarti menjadikan atau menganggap sesuatu selain allah sebagai peserta atau rekanan yang berkedudukan sama (sebagai Tuhan).

Menurut syariat, syirik adalah menyekutukan Allah dengan perkara yang merupakan Hak Allah. Syirik mempunyai tiga bentuk :
1. Syirik dalam Rubbubiyyah yaitu meyakini adanya sesuatu selain Allah yang memiliki sifat-sifat yang termasuk hak khusus bagi Allah dalam masalah Rubbubiyyah (ketuhanan). Contohnya: Hak Menciptakan, Menghidupkan, Mematikan, Memberi Rezeki atau Mengatur alam semesta.
2. Syirik dalam Uluhiyyah yatu meyakini adanya sesuatu selain Allah yang memiliki sifat-sifat yang termasuk hak khusus bagi Allah dalam masalah Uluhiyyah (hak untuk diibadahi). Contohnya: Berdo'a, shalat, menyembelih, nazar, cinta, takut atau harap. Seluruhnya mutlak hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT.
3. Syirik dalam asma dan shifat yaitu menyamakan Allah dengan makhluk atau sebaliknya dalam masalah dan sifat-sifat-Nya. Contohnya: menyamakan Dzat Allah dengan zat makhluk, menggelari makhluk dengan Sifat-sifat khusus bagi Allah seperti: Sifat Maha Mengetahui yang gaib, Maha Bijaksana, Maha Kaya dll.

Bagaimana mungkin manusia berbuat syirik dengan mengadakan tandingan bagi Allah, sedangkan makhluk-makhluk Allah yang lebih besar seperti matahari, bulan dan seluruhnya menyembah kepada Allah. Allah berfirman: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba". (QS. Maryam: 93).

Dalam suatu hadist, dari Abi Musa Al-Asy'ari diterangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Wahai umat manusia, takutlah kalian terhadap perbuatan syirik. Sebab syirik itu lebih kecil lagi lebih lembut daripada langkah perjalanan semut". Lalu ada seorang sahabat yang bertanya: "Ya Rasulullah, bagaimana cara memelihara diri dari syirik yang sangat tidak kelihatan itu ?" Rasulullah menjawab: "Biasakanlah membaca do'a: ALLAHUMMA INNA NA'UDZUBIKA MIN AN NUSYRIKA BIKA SYAI-AN NA'LAMUHU..." (HR. Imam Ahmad dan Thabrani)

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan sesuatu terhadap-Mu yang aku mengetahuinya, dan aku memohon ampunan kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku tidak mengetahuinya". (HR. Imam Ahmad dan Thabrani).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar